Berita Terdahulu
-
▼
2011
(374)
-
▼
Oktober
(19)
- 4 Pelajar SMP Gelar Pesta Seks di Sekolah
- Roket kelompok Jihad Islami menghantam telak warga...
- Mujahidin Afghanistan Berhasil Menjatuhkan Helikop...
- KontraS: Pemerintah Mandul Soal Papua
- Mahkamah Agung Arab Saudi: Idul Adha 1432 H jatuh ...
- Barat Tidak Senang Pemberitaan Astronot AS Itu Mas...
- Terbetik Kabar Ustadz Solmed Dikeluarkan dari FPI
- Yang Kaya Makin Kaya, Yang Miskin Makin Miskin
- AJI : "Pengesahan RUU Intelejen membahayakan kebeb...
- Lagi, angkatan udara Israel bombardir Gaza
- RUU Intelejen, alat mengkriminalisasikan umat Isla...
- Harold Camping, Dukun muka badak! Dua kali gagal r...
- Penelitian Lazuardi Birru, tidak fair, tidak benar...
- Kelompok anarki dibalik serangan bom di ATM (?)
- Diam-diam festival film homoseksual diselenggaraka...
- 4 Pasukan Elit Filipina Tewas Saat Bentrok Senjata...
- Deradikalisasi, model soft power 'penanganan teror...
- Menkoinfo: ''Kalau orang gara-gara buka situs jadi...
- Dewan Pers: Blokir Arrahmah.com untuk Cegah Terori...
-
▼
Oktober
(19)
Selasa, 04 Oktober 2011
Deradikalisasi, model soft power 'penanganan terorisme' dengan mereduksi ajaran Islam
JAKARTA (SoB News) – Pendekatan terhadap paham ‘radikalisme’ masa kini berbeda dengan pendekatan di era tahun 1960 silam, demikian yang diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai.
“Dulu, menanggulangi radikalisme dengan cara hard power. Saat itu efektif, namun hasil yang didapat sementara,” ujar Ansyaad Mbai dalam pidatonya membuka seminar nasional tentang pendidikan sebagai solusi radikalisme di Hotel Grand Sahid, Jakarta, pada Selasa (4/10/2011).
Ansyaad mengungkapkan bahwa saat ini pendekatan yang dilakukan pemerintah, khususnya BNPT tidak dengan hard power karena dinilai tidak efektif. Dengan melakukan soft power yakni dengan proses deradikaliasi, Ansyaad mengatakan proses ini tentunya tidak dilakukan sendiri oleh pemerintah.
“Masyarakat juga harus ikut berpartisipasi menanggulangi radikalisme dengan pendekatan soft power,” kata Ansyaad Mbai.
Mungkin yang dimaksud deradikalisasi adalah pemretelan bagian-bagian tertentu dari ayat-ayat Allah. Pada akhirnya kaum muslimin secara tidak sadar akan mereduksi ajaran-ajaran Islam, sehingga siapapun yang menyerukan pemberlakukan Islam secara kaffah akan diberi cap sebagai ‘paham radikal’. Wallohua’lam. (dbs/arrahmah.com)
Label:
DALAM NEGERI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar