Spirit of Beyond News adalah blog berita yang mengambil berita dari beberapa situs berita online, baik itu situs berita Islam maupun situs berita umum, seluruh isi posting di luar tangggung jawab redaksi
Kamis, 01 Maret 2012

PERMOHONAN DONASI UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BARU YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM EL DIINA PURWOKERTO


Assalamualaikum wr wb
El Diina Purwokerto adalah sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan murah namun berkualitas dengan metode pengajaran Homeschooling dan mendasarkan pada akidah Islam. Target lulusan el Diina adalah mencetak lulusan berkarakter pemimpin masa depan umat. 
Dalam rangka pembangunan gedung baru el Diina Purwokerto yang akan digunakan sebagai tempat berlangsungnya pendidikan dan aktivitas akademika baik PAUD, RA maupun MI, maka Yayasan Pendidikan el Diina Purwokerto membutuhkan dana yang besar untuk pembelian tanah dan biaya pembangunan.
Dana tersebut sebagian diambil dari sumbangan ( Donasi ) orang tua murid, sebagian lagi dari bantuan Kementerian Agama dan sebagian dari masyarakat yang ingin menyumbang. Untuk itulah kami dari Yayasan el Diina Purwokerto mengharapkan sumbangan dari anda-anda yang peduli terhadap kemajuan pendidikan anak dan kemajuan generasi muda Indonesia, sebagai generasi penerus pembangunan yang berkualitas, berkarakter serta berakhlak mulia. ( el Diina )
Bagi Bapak/Ibu semua yang membaca tulisan di blog ini, yang mempunyai rezeki lebih dan peduli terhadap pendidikan atau yang mempunyai link ( jaringan ) ke Donatur atau mempunyai kenalan Donatur, untuk menghubungi

No Telpon : 0817272198 ( an Zulfa Alya, Direktur Yayasan el Dinna Purwokerto )
email : eldiina.pwt@gmail.com

atau

Hubungi redaksi Spirit of Beyond di
08975900418 ( an Anto Andika )
email redaksi : anto.andika17@gmail.com, muhammad.andika17@ymail.com

Kami tunggu bantuan anda segera, semoga dengan bantuan anda bisa memajukkan pendidikan Indonesia khususnya di Yayasan Homeschooling El Diina Purwokerto
Wassalamualaikum wr wb
Senin, 20 Februari 2012

93% Facebookers Memilih “Indonesia tanpa JIL” Daripada “Indonesia tanpa FPI” Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18737/93-facebookers-memilih-indonesia-tanpa-jil-daripada-indonesia-tanpa-fpi/#ixzz1mzSmbSeG

SoB News – Semejak aksi segelintir orang yang menolak FPI di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, muncul wacana penolakan FPI. Bahkan sebuah aksi yang dimotori Jaringan Islam Liberal (JIL) digelar di bundaran HI mengusung tema “Indonesia tanpa FPI”. Hal ini juga bergema hingga dunia internet di mana Twitter ramai dengan wacana ini.
Namun rupanya hal ini memunculkan reaksi. Di Twitter pun lalu muncul seruan “Indonesia tanpa JIL”. Sebagaimana diketahui, JIL adalah salah satu komponen yang paling getol menentang keberadaan FPI.
Demikian pula di Facebook muncul gerakan serupa. Sebuah Facebook Fans Page yang bernama “Belajar Islam” bahkan membuat polling dengan pertanyaan: Pilih mana, “Indonesia Tanpa Jaringan Islam Liberal (JIL)” atau “Indonesia Tanpa Front Pembela Islam (FPI)”? Hingga berita ini diturunkan, sebanyak 234 Facebookers memilih “Indonesia tanpa JIL” dan hanya 17 Facebookers yang memilih “Indonesia tanpa FPI”. Dengan kata lain sebanyak 93% Facebookers tidak menginginkan keberadaan JIL, dan hanya 7% Facebookers yang tidak menginginkan keberadaan FPI. Bagaimana dengan Anda? (is)


Rabu, 15 Februari 2012

Sesama JIL pun Saling Pukul, lalu siapa yang anarkis ???

JAKARTA (SoB News) -  Saat mendengar rumor Laskar FPI akan menuju bunderan HI, kemarin, Selasa (14/2) sore, para pengunjuk rasa yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Tanpa FPI, mulai terlihat panik, sambil mencari posisi aman.
Disaat orasi yel-yel “Indonesia Tanpa FPI”, tiba-tiba terdengar suara gaduh di tengah-tengah kerumunan.  Semua mata tertuju pada kerumunan yang gaduh itu, begitu pun wartawan yang meliput. Tidak ada yang tahu, siapa yang dikerumuni oleh massa JIL itu. Mereka merangsek, mengepung dan hendak mengeroyok seseorang yang dikiranya laskar FPI itu.
Dalam pemantauan Voa-Islam di lapangan, ternyata yang dikerumuni dan hendak digebuki itu bukan laskar FPI, melainkan sesama mereka sendiri. Voa Islam menyaksikan massa JIL itu justru mengepung dan mengeroyok lelaki berambut gimbal dan berpakaian ala punk, yang tak lain temannya sendiri, sesama pengunjuk rasa Gerakan Indonesia Tanpa FPI.
Sejak awal, sudah terlihat lelaki berambut gimbal itu berada di barisan kaum fasik liberal, seraya membawa spanduk yang berisi kebencian terhadap FPI. Dalam kerumunan itu juga terlihat aksi saling merebut spanduk. Melihat situasi seperti itu, polisi bergerak cepat untuk mengendalikan situasi.  Lelaki berambut gimbal itu lalu digiring ke posko polisi lalu lintas di sekitar Bunderan HI.
Polisi juga menggiring tiga pemuda lainnya ke dalam mobil tahanan milik polisi. Diantara mereka, ada seorang pemuda berperawakan berjenggot. Tapi pemuda itu bukan laskar FPI, melainkan temannya Guntur Romli, dedengkot JIL yang ikut dalam aksi tak damai itu.
Pemuda yang digiring ke mobil polisi itu, memperlihatkan wajahnya yang panik, sambil teriak-teriak minta tolong via telepon selulernya. “Woi….gue ini temennya Guntur Romli…tolong diurus. Kasih tahu Guntur Romli,” kata cowok berjenggot berkali-kali, namun ucapannya itu tak dihiraukan temannya sendiri, tak terkecuali Guntur Romli yang tak bergeming membantu temannya yang hampir dikeroyok sesama pengunjuk rasa, sesama JIL.
Maksud hati ingin mengepruk laskar FPI, tak tahunya mengepruk kawan sendiri. Ohh….Kaciyan deh….Jeruk kok makan jeruk.  (Desastian) sumber voa-islam

Korban Malam Valentine: Sepasang Kekasih Tewas Cekcok Soal Hamil Zina

SIDOARJO (SoB News) – Sepasang kekasih gelap tewas di malam Valentine’s Day, karena cekcok soal kehamilan di luar nikah.
Bertepatan di malam Valentine, sepasang kekasih ditemukan tewas di pinggir sungai Desa Jogosatru Sukodono. Keduanya adalah M Abdul Ghofur (22) asal Desa Jogosatru dan Femilia Martasia (19) warga Dusun Kanigoro Desa Keboharan Krian.
Ghofur ditemukan warga dalam kondisi tubuhnya tergantung dengan leher terjerat ikat pinggang kecil yang mengikat di pohon keres. Sedangkan Femilia tergeletak dipinggir sungai irigasi.
Keduanya sempat dilarikan oleh warga dan Kades Jogosatru Sugito beserta keluarga korban ke puskesmas Sukodono untuk mendapatkan pertolongan. Namun setibanya di puskesmas, dokter puskesmas keduanya menyatakan keduanya sudah meninggal sebelum tiba di puskesmas.
Saat ditemukan, korban perempuan yang bekerja di pabrik kopi Gilang Taman, mengalami luka lebam di bagian wajah dan dilehernya ada bekas cekikan. Sedangkan lelaki pekerja di pabrik Baja Taman luka di bagian leher atau bekas jeratan ikat pinggang tersebut.
Informasi yang dihimpun beritajatim.com, sebelum ditemukan tewas, diduga keduanya terlibat cekcok.  Seperti si perempuan minta pertanggungjawaban soal kehamilannya. Diduga dalam cekcok itu, Femilia sempat dicekik oleh Ghofur hingga tewas. Setelah itu Ghofur bunuh diri dengan cara gantung diri.
“Hasil visumnya, korban diduga hamil. Berapa usia kandungan itu, masih menunggu hasil visum secara keseluruhan,” ucap sumber di kepolisian Rabu (15/2/2012).
Kapolsek Sukodono AKP Redik TB menyatakan, pihaknya mengetahui kejadian itu setelah korban berada di puskesmas Sukodono. Dari hasil visum sementara RS Bhayangkara Pusdik Gasum Porong, korban perempuan tewas akibat kekurangan oksigen dibagian rongga tenggorokan akibat cekikan. “Kami belum bisa menjelaskan secara detail. Karena dari lima saksi masih diperiksa,” tandasnya. [taz/bjt] sumber voa-islam
Sabtu, 11 Februari 2012

Habib Rizieq Tuding Gubernur Kalteng Otak Penyerangan Utusan FPI

Palangkaraya (SoB News) – Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Syihab, yang tidak ikut ke Palangkaraya, menduga ada oknum yang sengaja memprovokasi warga Dayak dengan tujuan adu domba. Habib menuding Gubernur dan Kapolda Kalteng terlibat dalam pengerahan warga Dayak.
“Gubernur Kalteng, Teras Narang, punya hubungan sangat buruk dengan FPI. Dua hari lalu, via media lokal, Yansen Binti, kerabat Gubernur Kalteng menebar ancaman terhadap FPI dan Kapolda Kalteng beri pernyataan tidak mau bertanggung jawab,” tegas Habib Rizieq, Sabtu (11/02/2012), seperti dilansir situs resmi FPI, www. fpi.or.id.
Sebelumnya, Gerakan Pemuda Dayak Indonesia Kalimantan Tengah (GPDI-KT) dan Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng menolak rencana pembentukan organisasi Fron Pembela Islam (FPI) di wilayah Kalteng. Penolakan itu disampaikan Ketua Umum GPDI-KT Yansen A Binti, melalui Surat No 09/GPDI-KT/II/2012 tertanggal Kamis (9/2/2012), perihal penolakan terhadap kehadiran FPI di Tambun Bungai. Dalam surat itu berisi, penolakan ini atas instruksi lisan dari Ketua Umum DAD Kalteng Sabran Achmad, yang secara tegas menolak dan tidak setuju atas kehadiran FPI di Kalteng.
Unjuk rasa penolakan kedatangan tokoh FPI ini juga terjadi di Bundaran besar Palangkaraya. Ratusan pemuda Dayak mendeklarasikan berdirinya Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak Kalteng. Turut hadir dalam unjuk rasa di bundaran besar ini antara lain Wakil Sekjen Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) yang juga Sekretaris Daerah Kalimantan Tengah Siun Jarias dan Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah Lukas Tingkes. Saat berorasi, Lukas Tingkes menolak FPI di Kalimantan Tengah dan tidak boleh ada kegiatannya di Kalteng.
Sementara itu Ketua FPI Bidang Nahi Munkar, Munarman, menilai penolakan terhadap kedatangan pengurus pusat FPI merupakan bentuk balas dendam Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang terhadap Islam. Terutama terkait sejumlah kasus di Jabodetabek.
Mantan Direktur YLBHI itu menduga Teras Narang melihat dengan salah kasus Ciketing di Bekasi dan GKI Yasmin di Bogor. Teras Narang mungkin melihat ada peran FPI di belakang kasus-kasu gereja ilegal itu. "Jadi dia balas dendam terhadap FPI", katanya. Saat ditanya tentang kemungkinan terjadinya konflik horizontal di Jakarta, Munarman menepisnya. "Kita tidak akan terprovokasi", katanya.
Laskar Jangan Terprovokasi
DPP FPI meminta kepada Menkopolhukam, Mendagri, DPR-RI dan Kapolri serta Instansi terkait lainnya untuk usut tuntas kasus tersebut serta periksa Gubernur Kalteng, Kapolda Kalteng, Yansen Binti dkk tentang dugaan keterlibatan mereka dalam tindak kejahatan yang berpotensi timbulkan konflik horizontal serta mengancam stabilitas NKRI.
DPP FPI menginstruksikan kepada segenap Laskar Dayak Muslim FPI se-Kalimantan jangan terprovokasi dan segera lakukan klarifikasi, sosialisasi dan konsolidasi untuk antisipasi segala bentuk agitasi. Selama ini hubungan FPI dan Dayak (muslim/ non muslim) sangat baik, bahkan sebulan lalu delegasi warga Dayak Kalteng dari berbagai agama mendatangi DPP FPI meminta bantuan untuk menghadapi arogansi Gubernur Kalteng dan Kapolda Kalteng tentang Konflik  Agraria seperti Kasus Mesuji – Lampung. Habib menyerukan agar menjaga persatuan Dayak, hantam pengadu domba. Desastian ( voa-islam )

Valentine's Day Bukan Hari Kasih Sayang, Kasihan Dech Lu..!!

Sob, memasuki bulan Februari, kita menyaksikan banyak media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan bersibuk-ria berlomba menarik perhatian mulai dari para remaja yang masih bau kencur sampai dengan adult (wong dewasa) dengan menggelar acara-acara pesta perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut bermuara pada satu hal yaitu Valentine’s Day atau biasanya disebut hari kasih sayang.
Biasanya pada 14 Februari mereka saling mengucapkan “selamat hari Valentine”, berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta.
Sangat disayangkan banyak AaBeGe khususnya teman-teman kita, para remaja putri muslimah yang terkena penyakit ikut-ikutan dan mengekor budaya Barat atau budaya ritual agama lain akibat pengaruh TV dan media massa lainnya. Termasuk dalam hal ini perayaan Hari Valentine, yang pada dasarnya adalah mengenang kembali pendeta St. Valentine. Belakangan, Virus Valentine tidak hanya menyerang remaja bahkan orang tua pun turut larut dalam perayaan yang bersumber dari budaya Barat ini.
Sejarah Valentine 
Ensiklopedia Katolik menyebutkan tiga versi tentang Valentine, tetapi versi terkenal adalah
1. Kisah Pendeta St. Valentine yang hidup di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St. Valentine yang telah menentang beberapa perintahnya.
Claudius II melihat St. Valentine meng-ajak manusia kepada agama Nasrani lalu dia memerintahkan untuk menangkapnya.
2. Dalam versi kedua , Claudius II memandang para bujangan lebih tabah dalam berperang daripada mereka yang telah menikah yang sejak semula menolak untuk pergi berperang. Maka dia mengeluarkan perintah yang melarang pernikahan. Tetapi St. Valentine menentang perintah ini dan terus mengada-kan pernikahan di gereja dengan sembunyi-sembunyi sampai akhirnya diketahui lalu dipenjarakan. Dalam penjara dia berkenalan dengan putri seorang penjaga penjara yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan jatuh cinta kepadanya. Sebelum dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu yang bertuliskan “Dari yang tulus cintanya, Valentine.” Hal itu terjadi setelah anak tersebut memeluk agama Nasrani bersama 46 kerabatnya.
3. Versi ketiga menyebutkan ketika agama Nasrani tersebar di Eropa, di salah satu desa terdapat sebuah tradisi Romawi yang menarik perhatian para pendeta. Dalam tradisi itu para pemuda desa selalu berkumpul setiap pertengahan bulan Februari. Mereka menulis nama-nama gadis desa dan meletakkannya di dalam sebuah kotak, lalu setiap pemuda mengambil salah satu nama dari kotak tersebut, dan gadis yang namanya keluar akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun. Ia juga mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan “ dengan nama tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu kartu ini.”
Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini, para pendeta memutuskan mengganti kalimat “dengan nama tuhan Ibu” dengan kalimat “dengan nama Pendeta Valentine” sehingga dapat mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nasrani. 
Versi lain mengatakan:
1. St.Valentine ditanya tentang Atharid, tuhan perdagangan, kefasihan, makar dan pencurian, dan Jupiter, tuhan orang Romawi yang terbesar. Maka dia menjawab tuhan-tuhan tersebut buatan manusia dan bahwasanya tuhan yang sesungguhnya adalah Isa Al Masih, oleh karenanya ia dihukum mati. Maha Tinggi Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang zalim tersebut. 
2. Hari tersebut adalah hari perayaan agama Romawi kuno yang meyakini 15 Februari adalah hari raya Lupercalia (dewa kesuburan), 2 hari pertama 13-14 Februari dirayakan sebagai persembahan bagi dewi cinta Juno Februata, diakhiri dengan pengundian para pemuda untuk memilih pasangannya yang boleh dizinahi selama setahun. Kemudian masuklah agama Nasrani yang menuntut akulturasi budaya pada masa Gregory I  dan Paus Gelasius I, hari itu dinamakan Valentine Day karena bertepatan dengan kematian sang Santo (Encyclopedia Britannica, The World Book Encyclopedia)
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda. 
Bahkan saat ini beredar kartu-kartu perayaan keagamaan ini dengan gambar anak kecil dengan dua sayap terbang mengitari gambar hati sambil mengarahkan anak panah ke arah hati yang sebenarnya itu merupakan lambang tuhan cinta bagi orang-orang Romawi!!!
Budaya ini diawali pada 1415 M, Duke of Orleans yang sedang dipenjara di Tower of London mengirim surat pada istrinya pada hari perayaan valentine, oleh seorang penyair Inggris Geoffrey Chaucer peristiwa itu dikaitkan dengan musim kawin burung dalam sebuah puisi.

Kasih sayang atau kasian dech lu...???

Setelah paham ‘amburadul’nya si Valentine, sebagai Muslim kita harus berkaca pada identitas kita dan syariat kita.
1. Ingat agama ini melarang kita ‘latah’,
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya” (Qs. Al isra’  36).
2. Kita dilarang ikut-ikut orang kafir karena bisa jadi kafir juga,
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman” (Qs. Ali ‘Imran 100).
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi” (Qs. Ali ‘Imran 149).
Ibnu Jarir At Thabari “ Dengan hal itu orang-orang beriman dilarang menaati pendapat orang kafir dan menerima nasihat dari ajaran agama mereka (Tafsir Ath-Thabari IV/123)
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syiar dan kebiasaan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman: 
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”(Qs. Al-Maidah 51).
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. meraka Itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka Itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung” (QS. Al mujadilah 22)
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman” (Qs. An-Nur 2).
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah:
1. Ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah As-Sunnah (tuntunan Allah dan Rasul-Nya).
    2. Tidak ada suatu bid’ah pun yang dihidupkan kecuali saat itu ada suatu sunnah yang ditinggalkan.
    3. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap rekaat shalatnya membaca.
    “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat” (Qs Al-Fatihah 6-7).

    Masih maukah kita ikuti ibadah mereka???

    Bagaimana bisa kita memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun kita sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
    Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan lagi bahwa ia telah kafir, adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar.
    Padahal Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut” (HR. At-Tirmidzi).
    Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian”(HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih). 
    Ibnul Qayyim berkata, “Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, “Selamat hari raya!” dan semisalnya. Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau kekufuran maka ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah.”

    Antara latah atau gak paham sunnah?

    Abdullah bin Amr bin Ash berkata, “Siapa yang mengikuti negara-negara ‘ajam dan melakukan perayaan Nairuz dan Mihrajan serta menyerupai mereka sampai ia meninggal dan dia tidak bertaubat maka dia akan dikumpulkan bersama mereka pada hari kiamat.”
    Hadits yang cukup jelas, terang, tegas dan sekaligus bantahan terhadap orang yang gak ‘ngaca’ dulu sebelum beramal alias ‘latah
    Abu Waqid Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, ‘Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.’
    Adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala’ dan bara’ ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar akidah yang dipegang oleh para nabi dan orang-orang terdahulu. Yaitu mencintai orang-orang mukmin dan membenci orang-orang kafir serta menyelisihi mereka dalam ibadah dan perilaku. Serta mengetahui bahwa sikap seperti ini di dalamnya terdapat kemaslahatan yang tidak terhingga, sebaliknya gaya hidup yang menyerupai orang kafir justru mengandung kerusakan yang lebih banyak.
    Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka senang, lagi pula, menyerupai kaum kafir dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati.
    Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin
    Pertanyaan: 
    Pada akhir-akhir ini telah tersebar dan membudaya perayaan hari Valentine -terutama di kalangan pelajar putri, padahal ia merupakan salah satu dari sekian macam hari raya kaum Nasrani. Biasanya pakaian yang dikenakan berwarna merah lengkap dengan sepatu, dan mereka saling tukar mawar merah. Bagaimana hukum merayakan hari Valentine ini, dan apa pula saran dan anjuran anda kepada kaum muslimin. Semoga Allah selalu memelihara dan melindungi anda.
    Jawab: 
    Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: 
    Pertama, ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syariat Islam. 
    Kedua, ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para pendahulu kita yang sholeh. Semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. 
    Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya. Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi perayaan ini adalah dari ritual agama lain! 
    Hadiah yang diberikan sebagai ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka. 
    Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami …dst, tapi hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir. 
    Semoga Allah senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang saling mencintai karna Allah dan membenci karna Allah ‘azza wa jalla.
    Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya. Wallahu a’lam bish-shawwab [Ibnu Irman]. voa-islam
    Sabtu, 04 Februari 2012

    Habib Rizieq Syihab: Kaum Liberal Tidak Akan Berhenti Serang Islam

    Bekasi (SoB News) – Musuh-musuh Islam tidak akan pernah berhenti untuk menghancurkan Islam dan umatnya. Mereka senantiasa hendak memadamkan cahaya, aturan dan ketentuan Allah dengan statement yang disebarkan melalui jaringan internet,baik lewat Facebook, twitter dan sebagainya. Dengan terang benderang, mereka begitu gigih menyerang Islam dengan segala cara.
    Hal itu dikatakan Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab saat mendeklarasikan Lembaga Dakwah Front (LDF) Bekasi Raya-- sebuah sayap perjuangan FPI --  di Islamic Center Bekasi, belum lama ini. Hadir dalam deklarasi  bertajuk “Berdakwah Meniti Jejak Salaful Ummah, Ditengah sikap fanatik, golongan dan pembiaran umat” tersebut, antara lain: Ustadz Farid Okbah, Ustadz Abdul Qadir Aka, Ustadz Murhali Barda, Ustadz Nazirual al Ghoby, dan Moslem Pahlevy.
    Dikatakan Habib Rizieq, musuh Islam tidak akan berhenti menyerang Islam sampai hari kiamat. Perang antara hak dan batil akan terus berlanjut.  Namun, Habib menyakinkan, Allah akan memenangkan agama ini (Islam). Itu sudah jaminan dari Allah. Maka dari itu, umat Islam harus waspada penuh dengan serangan musuh dari arah depan-belakang, kiri-kanan, atas-bawah. Mereka senantiasa menghalalkan segala cara.
    “Umat Islam jangan lalai, harus mempersiapkan diri, bukan untuk menciptakan perang, tapi menyiapkan perang jika sekiranya musuh menyerang kita secara fisik. Itulah sebanya, umat Islam harus selalu siap menghadapi kemungkinan terburuk,” ujar Habib.
    Jaminan Allah Islam akan menang, seyogianya menjadi imunisasi buat para dai dan aktivis dakwah untuk tidak berputus asa dalam menegakkan kalimat Allah. Tentu saja, kemenangan itu bisa diraih, jika para pendakwah ikhlas dalam berjuang. “Dakwah itu bukan untuk mencari popularitas, mendapatkan pengikut sebanyak-banyaknya, mengejar kedudukan dan jabatan, melainkan mengharap ridho Allah. Para aktivis dakwah harus yakin dengan pertolongan Allah,” tukas Habib.
    Habib Rizieq mengingatkan, kaum Liberal akan selalu mencari celah untuk menggagalkan perundang-undangan bernuansa syariat. Bukan hanya  UU Pornografi yang mereka jegal, tapi juga UU Penodaan Agama, UU Anti Perjudian, dan terakhir Perda Anti Miras. Usaha mereka bermain di tataran hukum begitu sistematis. Sampai-sampai umat Islam kecolongan. Kalah di DPR,  mereka memperjuangkannya ke Mahkamah Konstitusi (MK).
    Sepilis Tidak Bisa Tidur
    Belum lama ini, baru sebulan yang lalu, sebuah organisasi kemahasiswaan Islam meminta MK untuk membatalkan salah satu ayat (judicial review) yang melarang peredaran buku yang menghina Allah, Nabi, Sahabat, dan Islam. Ironisnya, MK menerima gugatan itu. Dengan begitu, Kejaksaan tidak punya wewenang untuk melarang peredaran buku-buku yang menghujat Islam.
    “Saya curiga ada apa dengan MK. Kenapa MK tidak mengundang dan memberi tahu MUI, NU, Muhammadiyah, dan ormas Islam lain. Saya berharap, para aktivis dakwah senantiasa melek mata, buka telinga terhadap sepak terjang kaum liberal,”tandas Habib.
    Terkait Perda Anti Miras, Komnas HAM mulai menekan dan mengancam Kemendagri, untuk mewaspadai keberadaan 1.000 perda yang bernuasa syarat Islam. Habib memberi contoh,  di Tangerang, digelar sebuah razia  bagi perempuan bercelana pendek di muka umum. Melihat razia itu, LSM-LSM liberal marah besar, seraya menyebut razia itu sebagai bentuk pelanggaran HAM. “Inilah bukti, kaum liberal tidak bisa tidur, ketika Indonesia telah diwarnai dengan perda bernuansa syariat,” kata Habib Rizieq. Desastian
    Kamis, 26 Januari 2012

    Suriah Serang Habis-habisan Kota-kota yang Dikuasai Pemberontak

    DOUMA, SURIAH (SoB News) - Pasukan keamanan Suriah pada hari Kamis (26/1/2012) melancarkan serangan habis-habisan di sebuah kota pemberontak di pinggiran dari ibukota Damaskus yang telah menjadi kota kedua yang memaksa tentara pergi dalam dua pekan.

    Puluhan truk militer mengalirkan tentara ke Douma, sebuah kota di ujung timur laut dari kota dan hanya sepuluh mil dari pusat, yang telah menjadi pusat kegiatan pemberontakan. Pinggiran kota lainnya kemudian juga diserang, kata para penduduk, setelah para anggota pemberontak dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA) bergegas ke Douma untuk mencoba mempertahankannya.

    "Pasukan militer mengepung Douma, Irben, Mesraba, Harasta," kata warga, Omar Hamzawi,. "Pemerintah telah memutuskan untuk mematikan revolusi, sekali dan untuk semua.

    "Aliran Listrik dan sinyal telepon diputus, kemudian tentara Suriah datang ke rumah-rumah, mereka memasang senapan mesin menyusuri jalan-jalan utama.

    "Mereka melemparkan perempuan dan anak-anak keluar ke jalan, dan mengambil rumah untuk mengatur posisi penembak jitu di atap."

    Serangan itu datang saat pasukan keamanan Suriah menewaskan 34 warga sipil, termasuk 10 anak-anak, dalam bentrokan di seluruh negeri, menurut perkataan sebuah kelompok hak asasi manusia.

    "Jumlah korban untuk hari itu telah meningkat menjadi 34 warga sipil yang tewas oleh pasukan keamanan di beberapa daerah di Suriah, terutama di Homs," kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

    Tentara Suriah mundur dari Douma pada Sabtu malam setelah bentrokan sengit pecah selama pemakaman seorang pengunjuk rasa yang tewas sebelumnya di mana sejumlah tentara ditembak mati oleh pemberontak.

    ..Pasukan militer mengepung Douma, Irben, Mesraba, Harasta..

    Zabadani, sebuah kota jauh lebih ke barat dekat perbatasan Lebanon, sudah efektif di bawah kontrol pemberontak.

    Pihak berwenang mungkin telah menunda mencoba untuk merebut kembali kota-kota tersebut ketika Liga Arab berunding apakah  menempatkan misi perdamaian pemantauan di negara itu. Tetapi presiden Bashar al-Assad dan menteri luar negeri Walid al-Moallem pada hari Selasa keduanya mengatakan bulan ini mereka mencari "solusi keamanan" untuk krisis yang dihadapi rezim.

    Pada Kamis pagi, pasukan pemerintah bergerak kembali ke Douma dan mulai melakukan penggerebekan rumah ke rumah, kata penduduk.

    "Hanya dalam beberapa jam mereka menangkap lebih dari 200 orang," kata Mohammed, seorang tokoh oposisi dari kota,.

    Warga lain, Mohammed al-Domy, mengatakan: "Mereka menghancurkan satu rumah dengan RPG. Mereka mengatakan rumah itu milik seorang anggota Tentara Pembebasan Suriah.

    "Orang-orang tinggal di rumah mereka, mereka takut bahwa mereka akan dibunuh karena mereka tahu bahwa Douma menolak Assad dan keluarganya, dan mereka butuh kebebasan."

    Pada awalnya ada sedikit perlawanan namun ketika anggota FSA tiba ledakan-ledakan artileri dan tembakan senjata kecil bisa didengar.

    Aktivis juga melaporkan pertempuran di pinggiran kota lainnya. "Di daerah ini ada Tentara Pembebasan Suriah, semua anggota FSA telah datang untuk membantu serangan di Douma," kata seorang aktivis yang memberikan namanya sebagai Abu Yasser. "Kami khawatir bahwa mereka juga merencanakan serangan di Al Kalamun, karena orang ada yang melaporkan melihat massa pasukan". (by/telegraph). voa-islam.com
    Senin, 23 Januari 2012

    Kaum Muslimin Haram Mengucapkan Selamat dan Merayakan Imlek (Tahun Baru Cina)

    Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
    Anda mungkin pernah mendengar pernyataan begini, "Bahwa Imlek itu hanyalah tradisi etnis Tionghoa dan bukan bagian ajaran agama tertentu". Karenanya umat Islam khususnya yang beretnis Tionghoa boleh-boleh saja merayakan Imlek. Benarkah Imlek hanya tradisi? Bolehkah seorang muslim turut merayakan Imlek? Tulisan ini berusaha untuk menjawab dua pertanyaan tersebut, dengan menelaah ajaran agama Khonghucu, serta menelaah hukum syariah Islam yang terkait dengan keterlibatan kaum muslimin dalam perayaan hari raya agama lain.
    Imlek Adalah Ajaran Agama Khonghucu, Bukan Sekedar Tradisi Tionghoa
    Memang tak jarang kita dengar dari orang Tionghoa, termasuk tokoh-tokohnya yang sudah masuk Islam, bahwa Imlek itu sekedar tradisi. Tidak ada hubungannya dengan ajaran suatu agama sehingga umat Islam boleh turut merayakannya. Sebagai contoh, Sekretaris Umum DPP PITI (Pembina Iman Tauhid Islam), H. Budi Setyagraha (Huan Ren Cong), pernah menyatakan bahwa Imlek adalah tradisi menyambut tahun baru penanggalan Cina, datangnya musim semi, dan musim tanam di daratan Cina.
    H. Budi Setyagraha berkata,”Imlek bukan perayaan agama.” (Lihat “Sekjen DPP PITI : Rayakan Imlek Jangan Berlebihan”,Kedaulatan Rakyat, Selasa, 13 Pebruari 2007, hal. 2).
    Padahal kalau kita mendalami agama Khonghucu, khususnya mengenai hari-hari rayanya, terbukti bahwa pernyataan tersebut tidak benar. Sebab sebenarnya Imlek adalah bagian integral dari ajaran agama Khonghucu, bukan semata-mata tradisi.
    Dalam bukunya Mengenal Hari Raya Konfusiani (Semarang : Effhar & Dahara Prize, 2003) hal. vi-vii, Hendrik Agus Winarso menyebutkan bahwa masyarakat memang kurang memahami Hari Raya Konfusiani.
    Hendrik Agus Winarso mengatakan,”Misalnya Tahun Baru Imlek dianggap sebagai tradisi orang Tionghoa.” Dengan demikian, pandangan bahwa Imlek adalah sekedar tradisi, yang tidak ada hubungannya dengan agama, menurut penulis buku tersebut, adalah suatu kesalahpahaman (Ibid., hal. v).
    Dalam buku yang diberi kata sambutan oleh Ketua MATAKIN tahun 2000 Hs. Tjhie Tjay Ing itu, pada hal. 58-62, Hendrik Agus Winarso telah membuktikan dengan meyakinkan bahwa Imlek adalah bagian ajaran Khonghucu. Hendrik Agus Winarso menerangkan, Tahun Baru Imlek atau disebut juga Sin Cia, merupakan momentum untuk memperbarui diri. Momentum ini, kata beliau, diisyaratkan dalam salah satu kitab suci Khonghucu, yaitu Kitab Lee Ki, bagian Gwat Ling, yang berbunyi:
    “Hari permulaan tahun (Liep Chun) jadikanlah sebagai Hari Agung untuk bersembahyang besar ke hadirat Thian, karena Maha Besar Kebajikan Thian. Dilihat tiada nampak, didengar tiada terdengar, namun tiap wujud tiada yang tanpa Dia… (Tiong Yong XV : 1-5).
    (Lihat Hendrik Agus Winarso, Mengenal Hari Raya Konfusiani,[Semarang : Effhar & Dahara Prize, 2003], hal. 60-61).
    Penulis buku tersebut lalu menyimpulkan Imlek adalah bagian ajaran Khonghucu, dengan menegaskan,”Dengan demikian, menyambut Tahun Baru bagi umat Khonghucu Indonesia mengandung arti ketakwaan dan keimanan.” (ibid.,hal. 61).
    Maka tidaklah benar pendapat yang menyebutkan bahwa Imlek hanya sekedar tradisi orang Tionghoa, atau Imlek bukan perayaan agama. Yang benar, Imlek justru adalah bagian ajaran agama Khonghucu, bukan sekedar tradisi.
    Lagi pula, harus kami tambahkan bahwa boleh tidaknya seorang muslim melakukan sesuatu, tidaklah dilihat apakah sesuatu itu berasal dari tradisi atau ataukah dari agama. Seakan-akan kalau berasal dari tradisi hukumnya boleh-boleh saja dilakukan, sementara kalau dari agama lain hukumnya tidak boleh.
    Standar semacam itu sungguh batil dan tidak ada dalam Islam. Karena standar yang benar menurut Islam, adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya):
    اتَّبِعُوا Ù…َا Ø£ُÙ†ْزِÙ„َ Ø¥ِÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ْ Ù…ِÙ†ْ رَبِّÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙ„َا تَتَّبِعُوا Ù…ِÙ†ْ دُونِÙ‡ِ Ø£َÙˆْÙ„ِÙŠَاءَ
    “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya.”(QS. Al-A’raaf: 3)
    Kalimat “maa unzila ilaykum min rabbikum” dalam ayat di atas yang berarti “apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”,artinya adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah. (Tafsir Al-Baidhawi, [Beirut: Dar Shaadir], Juz III/2).
    Jadi suatu perbuatan itu boleh atau tidak boleh dilakukan, tolok ukurnya adalah Al-Qur`an dan As-Sunnah. Apa saja yang benar menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah, berarti boleh dikerjakan. Sebaliknya apa saja yang batil menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah, berarti tidak boleh dilakukan
    Maka kalau kita hendak menilai perbuatan muslim turut merayakan Imlek menurut Islam, tolok ukurnya harus benar. Yaitu harus kita lihat adalah apakah perbuatan itu boleh atau tidak menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah, bukan melihat apakah Imlek itu dari tradisi atau dari agama.
    Sungguh kalau seorang muslim menggunakan tolok ukur tadi, yaitu melihat sesuatu itu dari tradisi atau agama, ia akan tersesat. Sebab suatu tradisi tidak selalu benar, adakalanya ia bertentangan dengan Islam dan adakalanya sesuai dengan Islam. Contoh, free sex pada masyarakat Barat yang Kristen.Free sex jelas telah menjadi tradisi Barat, meski perbuatan kotor itu bukan bagian agama Kristen/Katholik, karena agama ini pun mengharamkan zina. Lalu, apakah karena free sex itu sekedar tradisi, dan bukan agama, lalu umat Islam boleh melakukannya? Jelas tetap tidak boleh, bukan?
    Walhasil, mari kita gunakan barometer yang benar untuk menilai suatu perbuatan. Barometernya, bukan dilihat dari segi asalnya apakah suatu perbuatan itu dari tradisi atau agama, melainkan dilihat dari segi boleh tidaknya perbuatan itu menurut Al-Qur`an dan As-Sunnah. Inilah pandangan yang haq, tidak ada yang lain.
    Haram Atas Muslim Turut Merayakan Imlek
    Berdasarkan dalil-dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah, haram hukumnya seorang muslim turut merayakan hari raya agama lain, termasuk Imlek, baik dengan mengikuti ritual agamanya maupun tidak, baik dianggap ajaran agama maupun dianggap tradisi, termasuk juga memberi ucapan selamat Gong Xi Fat Chai. Semuanya haram.
    Imam Suyuthi berkata,”Juga termasuk perbuatan mungkar, yaitu turut serta merayakan hari raya orang Yahudi, hari raya orang-orang kafir, hari raya selain orang Arab [yang tidak Islami], ataupun hari raya orang-orang Arab yang tersesat. Orang muslim tidak boleh melakukan perbuatan itu, sebab hal itu akan membawa mereka ke jurang kemungkaran…” (Imam Suyuthi, Al-Amru bi Al-Ittiba’ wa An-Nahyu ’An Al-Ibtida` (terj.), hal. 91).
    Khusus mengenai memberi ucapan selamat, Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata,”Adapun memberi ucapan selamat yang terkait syiar-syiar kekufuran yang menjadi ciri khas kaum kafir, hukumnya haram menurut kesepakatan ulama, misalnya memberi selamat atas hari raya atau puasa mereka...” (Ahkam Ahli Adz-Dzimmah, [Beirut : Darul Kutub Al-’Ilmiyah], 1995, Juz I/162).
    Dalil Al-Qur`an yang mengharamkan perbuatan muslim merayakan hari raya agama kafir di antaranya firman Allah SWT (artinya) : “Dan (hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu ialah) orang-orang yang tidak menghadiri kebohongan…” (QS. Al-Furqan: 72).
    Kalimat “laa yasyhaduuna az-zuur” dalam ayat tersebut menurut Imam Ibnu Taimiyah maknanya yang tepat adalah tidak menghadiri kebohongan (az-zuur), bukan memberikan kesaksian palsu. Dalam bahasa Arab, memberi kesaksian palsu diungkapkan dengan kalimat yasyhaduuna bi az-zuur.Jadi ada tambahan huruf jar yang dibaca bi. Bukan diungkapkan dengan kalimat yasyhaduuna az-zuur (tanpa huruf jar bi). Maka ayat di atas yang berbunyi “laa yasyhaduuna az-zuur” artinya yang lebih tepat adalah ”tidak menghadiri kebohongan”, bukannya ” memberikan kesaksian palsu.” (M. Bin Ali Adh-Dhabi’i, Mukhtarat min Kitab Iqtidha` Shirathal MustaqimMukhalafati Ash-habil Jahim (terj.), hal. 59-60)
    Sedang kata “az-zuur” (kebohongan) itu sendiri oleh sebagian tabi’in seperti Mujahid, adh-Dhahak, Rabi’ bin Anas, dan Ikrimah artinya adalah hari-hari besar kaum musyrik atau kaum jahiliyah sebelum Islam (Imam Suyuthi, Al-Amru bi Al-Ittiba’ wa An-Nahyu ’An Al-Ibtida` (terj.), hal. 91-95).
    Jadi, ayat di atas adalah dalil haramnya seorang muslim untuk merayakan hari-hari raya agama lain, seperti hari Natal, Waisak, Paskah, Imlek, dan sebagainya.
    Imam Suyuthi berdalil dengan dua ayat lain sebagai dasar pengharaman muslim turut merayakan hari raya agama lain (Lihat Imam Suyuthi, ibid., hal. 92). Salah satunya adalah ayat (artinya) : “Dan sesungguhnya jika kamu [Muhammad] mengikuti keinginan mereka setelah datangnya ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 145).
    Menurut Imam Suyuthi, larangan pada ayat di atas tidak hanya khusus kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, tapi juga mencakup umat Islam secara umum. Larangan tersebut adalah larangan melakukan perbuatan sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang bodoh atau orang kafir [seperti turut merayakan hari raya mereka]. Sedangkan yang mereka lakukan bukanlah perbuatan yang diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya (Lihat Imam Suyuthi, ibid., hal. 92).
    Adapun dalil As-Sunnah, antara lain Hadits Nabi SAW,“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).
    Dalam hadits ini Islam telah mengharamkan muslim untuk menyerupakan dirinya dengan kaum kafir pada hal-hal yang menjadi ciri khas kekafiran mereka, seperti hari-hari raya mereka. Maka dari itu, haram hukumnya seorang muslim turut merayakan hari-hari raya agama lain (Lihat Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Penjelasan Tuntas Hukum Seputar Perayaan, [Solo : Pustaka Al-Ummat], 2006, hal. 76).
    Berdasarkan dalil Al-Qur`an dan As-Sunnah di atas, haram hukumnya seorang muslim turut merayakan Imlek dalam segala bentuk dan manifestasinya. Haram bagi muslim ikut-ikutan mengucapkan Gong Xi Fat Chai kepada orang Tionghoa, sebagaimana haram bagi muslim menghiasi rumah atau kantornya dengan lampion khas Cina, atau hiasan naga dan berbagai asesoris lainnya yang serba berwarna merah. Haram pula baginya mengadakan berbagai macam pertunjukan untuk merayakan Imlek, seperti live band, karaoke mandarin, demo masak, dan sebagainya.
    Semua bentuk perbuatan tersebut haram dilakukan oleh muslim, karena termasuk perbuatan terlibat merayakan hari raya agama kafir yang telah diharamkan Al-Qur`an dan As-Sunnah.
    Himbauan Kepada Muslim Etnis Tionghoa
    Terakhir, kami sampaikan seruan dan himbauan kepada saudara-saudaraku muallaf dari etnis Tionghoa, hendaklah Anda masuk ke dalam agama Islam secara keseluruhannya (kaffah). Janganlah Anda –semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Anda semua— mengikuti langkah-langkah setan, yakni masuk ke dalam agama Islam namun masih mempertahankan sebagian ajaran lama yang dulu Anda peluk dan Anda amalkan, seperti perayaan Imlek. Marilah kita masuk ke dalam agama Islam dengan seutuhnya dan seikhlas-ikhlasnya. Mari kita renungkan firman Allah SWT (artinya) : “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh nyata bagimu.”(QS. Al-Baqarah: 208) Wallahu a’lam bi al-shawab.
    [PurWD/voa-islam/www.khilafah1924.org]
    Sabtu, 21 Januari 2012

    Pancasila Akan Dijadikan Asas Tunggal, Rezim Orde Baru Bangkit Lagi

    JAKARTA (SoB News) – Pancasila kembali menjadi asas tunggal yang dipaksakan bagi ormas, jika revisi  terhadap UU Ormas no. 8/1995 berhasil diresmikan sebagai Undang-undang Ormas.
    Ketua Pansus Revisi Undang-Undang Organisasi Masyarakat (Ormas) Abdul Malik Haramain beralasan bahwa revisi terhadap UU Nomor 8/1985 untuk menertibkan keberadaan ormas di Indonesia. “RUU Ormas nantinya akan menjadi payung hukum keberadaan ormas di Indonesia,” ujarnya seperti dilansir okezone, Jum’at (20/1/2012).
    Malik mengaku telah mendengar RDPU dari berbagai ormas disepakati asas Ormas adalah empat pilar yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. “Apapun bentuk ormasnya, harus berasaskan empat pilar tersebut,” lanjutnya.
    Malik menduga, adanya liberalisme dan radikalisme di tanah air selama ini terjadi lantaran ormas-ormas tidak mencantumkan Pancasila sebagai asasnya. “Liberalisasi dan radikalisasi dipicu karena tidak adanya keharusan bagi ormas untuk mencantumkan Pancasila di dalam asas organisasinya,” tuturnya.
    Menanggapi rencana pemaksaan Pancasila sebagai asas tunggal ormas tersebut, Sekjen Forum Umat Islam (FUI), KH Muhammad Al-Khaththath menengarai sebagai gerakan orang-orang di pemerintahan yang ingin membangkitkan kembali Orde Baru.
    “Berarti masih ada unsur Orba yang ada di pemerintahan ini yang akan membangkitkan kembali Orde Baru, padahal masyarakat dulu sudah ditindas oleh Orde Baru. Ini berarti reformasi telah gagal membinasakan Orde Baru,” tegasnya.
    Senada itu, pengamat politik dan pakar pergerakan Islam, Dr Amir Mahmud, SSos, MAg menilai gerakan pemberlakuan Pancasila sebagai asas tunggal adalah satu kemunduran ke zaman Orde Baru. Jika revisi RUU ormas tetap dipaksakan, berarti penguasa saat ini merupakan rezim otoriter dengan kemasan demokrasi. “Kalau ini tetap dipaksakan berarti ini rezim otoriter dengan kemasan demokrasi,” tegasnya. sumber [Ahmed Widad, voa-islam.com]
    Kamis, 19 Januari 2012

    Konyolnya pengadilan otoritas Israel, bahkan bayi pun dituduh 'menyerang' pemukim Israel

    (SoB News) – “Israel berharap bahwa orang-orang muda pergi, orang-orang tua meninggal, dan kemudian mereka dapat menyita tanah dan rumah-rumah orang Palestina.
    Demikian yang dikatakan Sami, seorang aktivis yang bekerja di Al Baqa’a, sebuah lembah yang terletak beberapa kilometer sebelah timur Hebron.
    Apa yang dialami oleh keluarga Jaber yang hidup di Al Baqa’a tak jauh beda dengan warga Palestina lainnya di daerah tersebut, dalam keluarga biasa mereka menghadapi tekanan yang luar biasa setiap hari dari ‘tetangga’ pemukim Yahudi dan militer Israel.
    Rodni Jaber adalah ibu dari tiga putri dan seorang putra. Mengenakan jumper pink cerah dan kerudung bunga, dengan wajah yang masih ceria ia menceritakan kisah keluarganya.
    “Rumah kami dihancurkan dua kali, ini rumah ketiga kami. Kami tinggal di tenda selama enam bulan dan setelah itu kami mendapat keputusan pengadilan untuk diperbolehkan tinggal di daerah ini, maka kami mulai membangun rumah ini. “
    Rodni dan Atta Jaber bekerja sebagai petani raspberry, anggur dan tomat pada musim semi dan lobak dan lobak di musim dingin. Kembang kol tumbuh di samping rumah batu mereka yang terletak sebelah bukit menghadap ke barat menuju Al Bwayre dan pemukiman Israel ilegal dan pos gunung Al Bwayre.
    Keluarga tersebut memiliki 31 dunum tanah. Meskipun memiliki surat yang berasal dari era Kekhilafahan Utsmani yang membuktikan bahwa tanah tersebut milik mereka, namun mereka masih tetap diperintahkan membongkar rumah mereka oleh otoritas Israel.
    “Kami pergi ke pengadilan, dan kami memperoleh waktu penundaan oleh militer Israel untuk menghancurkan rumah ini” kata Rodni. “
    Sekitar 900 warga Palestina tinggal di lembah Al Baqa’a. Banyak rumah di daerah tersebut menjadi korban perintah pembongkaran oleh otoritas Israel dan para pemukim berusaha untuk membuat hidup terasa tidak mungkin bagi warga Palestina di daerah itu sebagai upaya memperluas permukiman Israel.
    Penduduk lokal dan aktivis menegaskan mereka memiliki peta di mana garis merah garis daerah dalam Al Bwayre dan lembah Al Baqa’a yang telah ditunjuk oleh para insinyur Israel sebagai tempat untuk pembangunan 500 unit rumah baru untuk pemukim Israel. Sebagian besar tanah saat ini dihuni oleh warga Palestina dan masih akan terus ‘dibersihkan’ untuk membuat jalan bagi pengembangan yang diusulkan.
    Selain mengalami penghancuran rumah dan pelecehan dari militer, keluarga Jaber telah mengalami serangan berulang-ulang oleh para pemukim Israel dari Bwayre Al Arba yang terletak di dekat daerah tersebut dan pemukiman Qiryat pemukiman serta pos-pos pemeriksaan.
    Rumah keluarga Jaber di lembah Al-Baqa’a
    Rumah keluarga dan tanah diserang oleh para pemukim sekitar sebulan lalu. Militer Israel tiba dengan menggunakan jip namun menolak untuk campur tangan meskipun pemukim berusaha untuk membakar rumah.
    Rodni Jaber menjelaskan:
    Para prajurit berada di sana hanya untuk melindungi para pemukim. Para pemukim menyuruh kami untuk meninggalkan rumah dan berkata ‘ini adalah tanah kami’. Mereka bahkan mulai mengeluh kepada para prajurit meminta mereka untuk menendang kami keluar dari rumah mengatakan bahwa ‘tanah adalah untuk Abraham dan bukan untuk mereka’.
     … Mereka [para pemukim] mencoba untuk membakar rumah dan saya meminta mereka untuk berhenti, aku menelepon polisi Israel agar datang dan melihat apa yang dilakukan para pemukim pada kami. Semua keluarga melarikan diri karena kami takut dibakar di dalam rumah.

    Mereka gagal untuk membakar rumah. Ini hanya satu insiden dalam hari-hari yang panjang tentang serangan pada keluarga selama bertahun-tahun.

    Saya kehilangan bayi [karena saya diserang oleh pemukim]. Saya hamil 4 bulan pada waktu itu dan mereka menyerang saya hingga kami kehilangan anak kami. Saya telah berkali-kali diserang oleh pemukim dan saya telah berkali-kali dirawat di rumah sakit karenanya.

    Sembilan atau sepuluh tahun yang lalu sebuah ‘operasi’ yang terjadi di jalan raya di sini oleh perlawanan rakyat Palestina terhadap para pemukim. Setelah itu, para pemukim berkumpul di Qiryat Arba dan datang ke sini. Mereka mendobrak pintu, memasuki rumah dan membakarnya … Aku pergi tanpa sepatu dan hanya mengenakan piyama.

    Para pemukim menendang keluarga saya keluar selama tiga hari …. Para tentara kemudian menempati rumah selama 40 hari. Kami mendapat keputusan pengadilan tinggi untuk kembali – namun ketika kami kembali ke rumah semuanya telah rusak. Pada saat itu juga pemukim pergi kepada keluarga kakak saya [yang tinggal di dekat rumah] dan mereka menembaknya di perut, Alhamdulillah dia selamat tapi kini dia memiliki perut plastik sekarang.
    Al Baqa’a penduduk hidup di bawah kontrol sipil dan militer penuh Israel di Area C, jadi bagaimana mereka melindungi diri mereka sendiri ketika para tentara menjaga, mendukung dan dan memfasilitasi serangan pemukim pada keluarga-keluarga Palestina?
    Rodni menyatakan bahwa “Kepala polisi telah berkunjung ke daerah tersebut dan berkata ‘Jika sesuatu terjadi panggil saja aku’. Kami mendapat surat dari DCO (Kantor Koordinasi Kabupaten) mengatakan bahwa tentara Israel harus melindungi rumah ini. Kami punya ini ketika kami diserang pada tahun 2001. Tapi mereka tidak melakukan apa-apa. Itu hanya sebuah surat, lebih tepatnya hanya selembar kertas …”
    Sebagian besar rakyat Palestina di daerah ini adalah dari keluarga saya sehingga kami mencoba untuk saling melindungi. Jika mereka menyerang rumah mereka mencoba untuk pergi ke rumah untuk melindunginya.
    Seorang keluarga sepupua diserang pekan lalu saat ia mengendarai seekor keledai di lembah; pemukim memukul kepalanya dengan pipa besi. Dia dirawat di rumah sakit dan luka-lukanya yang dijahit, untungnya dia tidak terluka parah.

    Bagaimana keluarga mengatasi tekanan psikologis dari ancaman serangan? Rodni tersenyum dan menyatakan, “Saya sangat kuat … dan jika sesuatu terjadi saya pikir ‘Al Hamdullilah’ (Dengan berkat-berkat Allah).

    Pengalaman-pengalaman ketidakadilan dan kekerasan yang dialami keluarga sering kali menakutkan dan brutal, bahkan kadang-kadang tidak masuk akal. Pada tahun 1998 putra Rodni yang bernama Raja lahir. Beberapa hari setelah kelahirannya, pemukim menyerang rumah, satu pemukim membuat pengaduan kepada polisi bahwa seseorang yang dipanggil ‘Raja’ telah menempatkan pisau ke dadanya, mengancam untuk membunuhnya.
    “Setelah itu [beberapa hari kemudian] tentara datang untuk menangkap anak saya – yang berusia 40 hari” kata Rodni.
    “Mereka mendengar tentang anak saya ‘Raja’ dan mereka datang dan bertanya ‘mana Raja?!’. Aku menunjukkan padanya anak saya yang berusia 40 hari, saya menunjukkan akte kelahirannya karena mereka tidak percaya bahwa ia “Raja”.
    Tapi kejadian itu tidak berhenti di situ sebagai Rodni berkata, “Mereka mengatakan bahwa “Raja harus datang ke pengadilan – pada usia 50 hari saya harus membawanya ke pengadilan. Mereka mengatakan “mana terdakwa Raja ‘saya menunjukkan mereka anak saya … hakim memutuskan bahwa ketika ia mencapai 16 tahun ia akan harus datang ke kembali ke pengadilan!”
    Tentunya jelas bahwa Raja bahkan tidak bisa duduk atau menopang berat kepalanya sendiri pada waktu kejadian, apalagi mengancam untuk menyakiti siapa pun, situasi akan melampaui kekonyolan suatu parodi. Rodni tertawa dan setuju hal itu akan sangat memalukan bagi Israel, tetapi keputusan itu masih berlaku.
    Raja berusia 12 tahun sekarang dan dalam waktu empat tahun ia akan harus pergi ke pengadilan dan menjelaskan perannya dalam insiden tersebut.
    Ketika Rodni berbicara demikian, Atta suaminya baru pulang dari bekerja, mengenakan topi wol melawan dinginnya musim gugur. Dia menceritakan tentang sejarah Palestina dan menceritakan kenangan Al Baqa’a Valley selama Perang Enam Hari pada tahun 1967.
    “Saya berusia lima tahun ketika mereka menduduki Tepi Barat, saya masih ingat hari itu. Israel membom rakyat dan tentara Yordania di sini dan mereka membunuh sekitar 150 orang pada waktu itu. Semua orang telah menempatkan keffiyehs putih sebagai bendera putih untuk menunjukkan bahwa ini adalah daerah yang damai. “
    Sebuah rumah hancur dihancurkan oleh militer Israel di lembah Al-Baqa’a

    Seperti halnya berbicara tentang sejarah daerah dan ancaman dari pemukim dan militer Israel, Atta menggambarkan tantangan duniawi dari kehidupan sehari-hari di lembah Al Baqa’a.

    “Kami memiliki banyak masalah di daerah ini, tidak ada sekolah untuk anak-anak kami, tidak ada klinik atau rumah sakit. Kami tidak memiliki air – sementara para pemukim memiliki air 24 jam sehari. Kami mendapatkan saluran  pipa air setelah kami mengajukan banyak permohonan kepada pemerintah Israel dan perusahaan air.
    Pada tahun 1998 kami mendapatkan izin perusahaan untuk memiliki air tetapi Israel melarang hal tersebut. Berdasarkan Konvensi Jenewa itu mengatakan bahwa Anda bertanggung jawab bagi mereka yang wilayahnya Anda tempati (jajah mungkin lebih tepatnya), tetapi mereka ingin mengusir kami dari daerah ini meskipun kami adalah pemilik tanah ini selama ratusan tahun.”
    Atta dan Rodni menolak untuk gentar dengan masalah yang mereka hadapi. Ketika ditanya tentang apa masa depan untuk keluarga mereka, Atta menghindari menjawab pertanyaan itu secara langsung dan menjawab dalam arti lebih luas.
    “Ini bukan hanya masa depan saya, ini adalah tentang masa depan semua orang Palestina, dimana tragedi dan penderitaan mereka kian hari kian membesar.” (imemc/arrahmah.com)

    About Me

    New in Spirit Of Beyond

    New in Spirit Of Beyond
    PAHAM LIBERAL, “PENYERU RAHMAT ADALAH KEPARAT “

    Sains and Tech

    Sains and Tech
    "Smartphone Nokia Terlalu Mahal"

    DONASI UNTUK SPIRIT OF BEYOND

    DONASI UNTUK SPIRIT OF BEYOND
    Cukup klik gambar di atas, anda akan masuk ke situs adf.ly, tunggu 5 detik lalu klik tulisan Skip AD di kanan atas, Tak perlu transfer uang, Gratis

    Fans Facebook