Spirit of Beyond News adalah blog berita yang mengambil berita dari beberapa situs berita online, baik itu situs berita Islam maupun situs berita umum, seluruh isi posting di luar tangggung jawab redaksi
Jumat, 23 Desember 2011

Kristenisasi Makin Brutal! Dari Masjid Umat Diangkut ke Gereja, Dipaksa Kebaktian!


JAKARTA (SoB News) – Jelang Natal tipuan kristenisasi makin brutal! Umat, tokoh dan ormas Islam harus meningkatkan kewaspadaan, karena para misionaris sudah berani menipu umat Islam secara terang-terangan menipu umat Islam, berkedok sembako di masjid.

Kasus tipuan kristenisasi yang terkini, terjadi di Jakarta dan Bekasi pada hari Minggu lalu (18/12/2011). Dengan iming-iming sembako di masjid, lalu ratusan umat diangkut ke gereja dan dipaksa mengikuti kebaktian.
Mulanya, seorang wanita berusia sekira 55 tahun mendatangi para tukang becak di Bekasi, Kranji, dan sekitarnya. Wanita berjilbab ini menawarkan bantuan sembako kepada para tukang becak.
Dengan senang hati, para tukang becak menerima tawaran ini, karena mereka dikumpulkan di Masjid Al-Ikhlas Duren Jaya, Bekasi. Setelah menunggu satu jam, sebuah mobil menjemput mereka.
“Kalau mau, ngambilnya di Jakarta. Besok ngumpul di Masjid Al-Ikhlas jam 2 siang. Kita naik mobil ke Jakarta,” ujar Jaka (54), salah satu korban tipuan kristenisasi, menirukan wanita utusan gereja itu.
Tepat pada waktu yang dijanjikan, 19 orang tukang becak dan para ibu berjilbab menunggu di Masjid Al-Ikhlas, Ahad (18/12/2011). Setelah menunggu setengah jam, mereka diangkut ke Jakarta menggunakan angkot Elf 01 jurusan Bekasi-Pulogadung.
Tak disangka, ternyata rombongan kaum miskin ini diangkut ke sebuah ruko di kawasan Kelapa Gading. “Pas sampai, saya kaget, kok di ruko? Lalu saya dan teman-teman disuruh masuk, naik ke lantai tiga” papar Jaka.
Di dalam gedung yang ternyata adalah gereja itu, sudah berkumpul 700-an orang yang siap beribadah. Tidak semuanya Kristen, tapi sebagian umat Islam, karena banyak wanita berjilbab.
Ternyata, rombongan tukang becak dari Bekasi itu tidak sendirian, ada juga rombongan umat Islam dari Tanjungpriok, Tipar, Cakung, dan sebagainya. Mereka juga dijanjikan akan diberi sembako gratis.
Di dalam ruangan yang ternyata gereja itu, rombongan di suruh duduk di kursi, berbaur dengan hadirin lainnya untuk mengikuti kebaktian. “Di dalam kami tidak ngapa-ngapin, cuma disuruh ngikut-ngikutin. Nyanyi-nyanyi dan berdoa,” jelas Jaka.
Karena ritual di gereja itu tidak sesuai dengan ajaran agamanya, maka Jaka tak mau mendengarkan apapun, baik ceramah maupun nyanyian pujian. “Saya gak dengerin sedikit pun. Saya hanya nunduk aja,” ujar Jaka. “Ajaran Kristen gak masuk sedikitpun ke hati saya,” tambahnya.
Protes yang sama dilakukan oleh Ziyad, tukang becak yang terkenal fanatik dalam Islam. Di dalam gereja, ia melantunkan kalimat-kalimat islami dengan suara keras, tak peduli siapapun di sekitarnya. “Makanya saya cuma bilang masya Alloh! Masya Alloh dengan keras! Saya gak peduli di sekitar saya ada orang Cina dan Batak,” tuturnya.
Penyesalan serupa juga dirasakan oleh Wasli. Tukang becak warga Kampung Mede Bekasi ini mengecam pihak gereja yang sudah terang-terangan melecehkan agamanya.
“Masya Allah, kayak gini rupanya. Apalagi ini cuman sembako. Dihargai seratus ribu juga saya gak bakalan datang kalau disuruh ibadah di gereja ginian mah,” ujar pria berusia 50 tahun itu. “Kalau tahu itu gereja mah, baru sampai di depannya saya langsung kabur. Ini bukan cari kebenaran tapi cari neraka!” tambahnya.
....Setelah kejadian ini saya kapok. Gak bakalan mau diajak-ajakin ke gereja. Gak bakalan mau diiming-iming sembako kalau belum jelas orangnya...
Meski protes dan berontak, namun Wasli merasa tak bisa berbuat apa-apa, karena semua tukang becak dan umat Islam yang sudah masuk gereja itu dilarang keluar sebelum acara berakhir. “Masalahnya gak boleh keluar. Kalau boleh keluar, saya langsung pulang,” jelas Wasli
Saking ketatnya penjagaan gereja, satpam mengawasi seluruh  gerak-gerik umat Islam agar tidak kabur dari ruang kebaktian. “Jangankan keluar, mau kencing saja sama satpamnya diawasi,” tutur Wasli. “Belum selesai gak boleh keluar. Mau kencing, mau mandi silakan, tapi gak boleh pulang,” ujar Wasli menirukan satpam.
Tepat pukul 21.00, kebaktian gereja berakhir. Rombongan umat Islam yang diangkut dari berbagai daerah itu pun disuruh pulang tanpa diberi apapun. Tak ada sembako maupun transport sedikit pun seperti yang mereka janjikan sebelumnya.
Mereka hanya diberi air minum, roti bungkus yang tertera label harga Rp 1.000 dan kalender Kristen terbitan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jemaat MOI yang beralamat di Ruko Gading River View Blok H/2, Mall of Indonesia (MOI), Kalapa Gading Jakarta.
“Nggak ada itu sembako atau uang transport sama sekali. Boro-boro dikasih uang transport. Orang saya sampai rumah jam 10 malam, langsung makan karena lapar. Padahal saya berangkat dari jam 12 siang dari rumah. Saya nggak dikasih apa-apa, cuma dikasih air, roti yang harganya seribuan, sama kalender Kristen itu. Air juga gak saya minum, roti juga nggak saya makan. Saya buang aja di gereja itu,” ujar Jaka geram. “Makanya rombongan dari Priok ribut karena janjinya tak ditepati. Kami dibohongin,” tambahnya.
...Kalau tahu mau dibawa ke gereja, dorongin aja badan saya pakai mobil, kagak bakalan saya mau ikut...
Para tukang becak Bekasi itu menilai kebohongan gereja sudah luar biasa dan keterlaluan, karena berani memperalat masjid untuk kristenisasi. “Saya tidak curiga kalau mau dibohongin ke gereja, karena mereka mengumpulkan rombongan mau ambil sembako di masjid. Saya kan percaya sama masjid. Pikir saya ngambil sembakonya itu di masjid yang dikasih oleh orang partai,” ujar Wasli. “Ini bukan dibohongin lagi. Mending narik becak dapat duit. Kalau gak dibohongin gereja, narik becak juga dapat saya kalau 25 ribu dari jam 11 siang sampai sore,” imbuhnya.
Pengalaman ditipu oknum Gereja Bethel itu membuat para tukang becak Bekasi sinis kepada gereja dan orang Kristen. “Setelah kejadian ini mah, saya kapok. Gak bakalan mau diajak-ajakin ke gereja. Gak bakalan mau diiming-iming sembako kalau belum jelas orangnya,” jelas Wasli. “Kalau tahu mau dibawa ke gereja, dorongin aja badan saya pakai mobil, kagak bakalan saya mau ikut!” tutupnya. [taz]
voa-islam.com

Suriname Akan Hapus Sinterklaas Karena Gambarkan Rasisme

PARAMARIBO (SoB News) – Parlemen Suriname mengusulkan agar perayaan Hari Sinterklaas dihapuskan. Banyak anggota dewan menganggap perayaan itu sebagai bentuk rasisme. Menurut mereka hubungan antara Sinterklaas dengan Piet hitam, bukan contoh yang baik bagi anak-anak. 
Isu tersebut diangkat oleh mantan presiden Venetiaan dalam rapat anggaran di parlemen Suriname. Ia menyebut perayaan Sinterklaas di Lapangan Kemerdekaan di ibu kota Paramaribo sebagai suatu provokasi. Parlemen juga ingin agar hari Sinterklaas tidak lagi dirayakan di sekolah. 
Kabinet akan memberikan reaksi minggu depan. Kemungkinan besar usulan tersebut akan diterima. [silum/rnw]
voa-islam.com
Senin, 19 Desember 2011

Warga Mesuji: Demi Allah Video Penyembelihan Kepala itu Bukan Rekayasa

Jakarta (SoB News) – Warga Mesuji yang ditemui Voa-Islam di sebuah tempat yang disembunyikan di Jakarta memastikan, video yang memperlihatkan gambar penyembelihan kepala warga oleh oknum aparat keparat itu betul-betul terjadi, dan bukan hal yang direkayasa.
“Demi Allah, dunia-akhirat, pembunuhan keji itu betul-betul terjadi. Saya bisa membantah bukti video yang menunjukkan gambar pemotongan kepala warga. Tapi yang jelas, video itu bukan rekayasa. Penyembelihan kepala itu memang benar ada,” kata Abdul Madjid atau yang akrab di sapa Trubus menanggapi pemberitaan yang menyebutkan bahwa video yang menggambarkan pemenggalan kepala itu rekayasa. Trubus adalah salah seorang korban dan bekas Pam Swakarsa yang ditemui di Jakarta, Sabtu (17/11) lalu.
Menurut Trubus, warga Mesuji yang asli Solo itu, dua kepala manusia yang dipenggal, lalu diletakkan di atas kap mobil itu adalah kepala warga Mesuji bernama Kalung dan Macan (nama panggilan, bukan nama asli). Keduanya adalah cucu dari Haji Jalang, salah seorang tokoh masyarakat yang berpengaruh di Mesuji, Lampung.
Seperti diberitakan media massa, ada dugan tayangan gambar kekerasan di Mesuji yang diputar di Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Rabu (14/12) lalu telah ditambahi materi yang tidak relevan dengan kasus Mesuji. Diduga, sebagian materi video itu berasal dari Thailand Selatan.
“Pembantaian di Mesuji memang ada. Kami mendapat laporan itu sejak sebelum 2009. Hal itu diketahui, ketika perwakilan warga Mesuji memutar kembali video yang berisi rekaman pembantaian di kantor Kontras, Jumat lalu. Film ini diputar setelah warga mengadkan jumpa pers. Ketika diminta menerjemahkan kata-kata yang terekam dalam beberapa bagian video, beberapa warga Mesuji tampak bingung,” kata Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar.
Kuasa hukum warga Mesuji, Bob Hasan, tak membantah ada bagian video yang bukan dari Mesuji. Tapi Bob memastikan sebagian besar isi video itu benar. Misalnya, gambar penggalan kepala yang ditaruh di atas mobil merah dan mayat yang digantung. Juga perusakan rumah dan penembakan terhadap warga. “Kami berharap pemerintah tetap focus menyelesaikan persoalan warga Mesuji dengan perusahaan perkebunan,” kata Bob Hasan.
Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Denny Indrayana menyatakan segera memverifikasi video yang diduga dari kawasan Pattani, Thailand Selatan itu. Ia juga menjamin akan meminta pertanggungjawaban semua pihak yang bersalah dalam kasus ini. Jangan sampai tragedy ini terulang.
Video Paling Biadab
Sangat mengerikan menyaksikan video penyembelihan yang diputar di Komisi III dan kantor Komnas HAM belum lama ini di Jakarta. Ada dua video yang merekam proses pemenggalan dua kepala pria. Terlihat, satu pria bersenjata api laras panjang dengan penutup kepala warna hitam memegang kepala yang telah terpenggal. Selain merekam pembunuh keji, video lain memperlihatkan kerusakan rumah penduduk. Video ini direkam oleh seorang saksi insiden ini yang kabarnya seorang mantan Pam Swakarsa yang membelot. Gambar dalam video tersebut merupakan pembunuhan yang terjadi mulai dari Kabupaten Mesuji sampai wilayah Sumatra Bagian Selatan (Sumabgsel).
Di dalam video tersebut, seseorang berpakaian gelap sedang menyembelih seorang petani di tengah teriakan dan tembakan, kemudian potongan kepala itu dipertontonkan dan di rekam dan difoto dengan telepon seluler. Ditunjukkan pula dua petani yang mati berlumuran darah di tengah lapangan terbuka, di kelilingi aparat berseragam hijau dan hitam. Di akhir pemutaran video, tampak dua kepala diletakkan di atas kap truk, sementara puluhan warga tampak melihat dari kejauhan,
Foto dan video yang berhasil didapatkan voa-islam, juga memperlihatkan dua orang korban yang ditembak aparat keparat di sebuah kampung yang bernama Kampung Pekat atau Nanasan, kawasan Pelita Jaya. Diketahui, kedua korban warga Pelita Jaya, Mesuji, itu bernama Komang dan Made. Adapun Komang ditembak kakinya, saat ini masih hidup dan siap menjadi saksi. Sedangkan Made tertembak mengenai pantat hingga menembus kemaluannya. Made mati di tempat karena kehabisan darah.
Penembakan ini terjadi karena tidak adanya kejelasan mengenai areal yang dihuni warga. Ironisnya, kejadian ini disaksikan langsung oleh Kapolsek setempat dari jarak dekat. Bahkan juga disaksikan oleh para Muspida,Camat, dan Bupati di  wilayah itu. Anehnya, tidak ada laporan apapun dari pimpinan daerah tersebut.
Ada dua perusahaan yang ingin memperluas lahan di atas tanah milik warga, yakni PT. Silva Inhutani dan PT. Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI). Masing-masing berada di wilayah yang berbeda. Adapun perusahaan perkebunan kelapa sawit PT. Silva Inhutani adalah milik warga negara Malaysia bernama Benny Sutanto alias Abeng. Investasi pengusaha Malaysia ini dilakukan sejak tahun 2003, namun upaya PT. Silva Inhutani membuka lahan untuk menanam kelapa sawit dan karet selalu ditentang penduduk setempat.
“Para pengusaha ini meminta bantuan kepada aparat keamanan untuk mengusir penduduk karena tidak mampu mengusir, disamping itu perusahaan ini membentuk Pam Swakarsa yang membenturkan rakyat dengan rakyat. Tetapi di belakangnya adalah aparat kepolisian,” katan Bob Hasan, pengacara warga Mesuji, Lampung. Desastian. voa-islam.com

Rekomendasi Aktivis Islam Nasional untuk Presiden SBY: Bubarkan Densus!!

CIANJUR (SoB News) - Silaturahmi dan sarasehan organisasi serta gerakan Islam se-Indonesia akhirnya membuahkan enam butir rekomendasi. Acara yang berlangsung selama dua hari ini diisi dengan seminar dan diskusi yang melibatkan tokoh-tokoh gerakan Islam seperti KH. M. Al Khaththath (Sekjen FUI), Ustadz Son Hadi (Direktur JAT Media Center), Ustadz KH. Shabri Lubis (Sekjen FPI), Munarman, S.H (Ketua DPP FPI), Achmad Michdan (TPM), Ustadz Abu Rossi Ridhwan Al Kinanah (MMI) serta pengamat politik dan militer Kol. (Purn) Herman Ibrahim dan yang lainnya.
Pada acara puncaknya Ahad malam (19/12) H. Encep Hermawan ketua GARIS (Gerakan Reformis Islam) selaku penyelenggara acara sarasehan tersebut membacakan enam rekomendasi yang menyoroti penolakan gerakan deradikalisasi, pelanggaran HAM oleh Densus 88 serta yang paling utama yaitu penegakkan syari’at Islam melalui metode dakwah dan jihad.
Usai pembacaan rekomendasi ratusan aktivis gerakan Islam yang hadir dari berbagai daerah dari mulai Maluku hingga Aceh dan terutama dari pulau Jawa ikut menandatangani rekomendasi tersebut sebagai bentuk kesepakatan  dan akan mereka dakwahkan di daerahnya masing-masing.
Menurut Direktur JMC Ustadz Son Hadi sebagai salah satu anggota tim perumus rekomendasi, selain akan didakwahkan ke seluruh pelosok daerah di tanah air, enam butir rekomendasi ini rencananya akan diserahkan kepada Presiden R.I. Susilo Bambang Yudhoyono juga kepada Komnas HAM.
Berikut ini kutipan lengkap enam butir rekomendasi Cipanas hasil musyawarah para aktivis gerakan Islam se-Indonesia.
Rekomendasi silahturahmi gerakan Islam se-Indonesia
Cipanas, 24 Muharram 1433 / 18 Desember 2011
  1. Menolak Gerakan Deradikalisasi yang merupakan upaya sistematis pendangkalan 'aqidah Islam, memecah belah umat dan mengamputasi gerakan Islam serta mewaspadai gerakan deradikalisasi sebagai bentuk alat penjajahan baru kaum kuffar terhadap Islam.
  2. Menyerukan kepada ulama, tokoh masyarakat dan seluruh aktivis Islam untuk memperkuat tali silahturahmi dan ukhuwah Islamiyah serta menutup celah adu domba di antara umat Islam.
  3. Menyerukan kepada ulama, tokoh masyarakat dan seluruh aktivis Islam bersatu padu berjuang untuk merubah sistem sekuler dengan sistem Islam melalui dakwah dan jihad.
  4. Menyatukan pandangan seluruh umat bahwa hidup sejahtera di bawah naungan syari’at Islam yangrahmatan lil ‘alamin hanya bisa diwujudkan oleh pemerintah Islam yang menerapkan syari’at Islam secara kaffah.
  5. Menuntut kepada Komnas HAM agar segera membeberkan fakta-fakta dan bukti atas kekejaman Densus 88 kepada publik dan merekomendasikan pada presiden untuk membubarkan Densus 88 dan menyeret ke pengadilan.
  6. Mendorong kepada seluruh media masa khususnya media Islam untuk lebh pro aktif dalam menolak proyek deradikalisasi yang merupakan upaya sistematis pendangkalan ‘aqidah Islam, memecah belah umat dan mengamputasi gerakan Islam serta mewaspadai gerakan deradikalisasi sebagai bentuk alat penjajahan baru kaum kuffar terhadap Islam. (Ahmed Widad) voa-islam.com

Selama Sepekan Mahasiswa UI, Dicuci Otak BNPT Soal Deradikalisasi

Depok (SoB News) – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kini telah merambah kampus-kampus untuk mencuci otak (brandwashing) para mahasiswa tentang pemahaman terorisme dan deradikalisasi ala BNPT. Semoga saja, almamater dan civitas akademika mahasiswa UI tetap kritis dan tidak menelan mentah-mentah begitu saja program deradikalisasi BNPT yang ujung-ujungnya malah menyudutkan Islam.

Mulai hari ini, Selasa (20/12), Himpunan Mahasiswa Kriminologi Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggelar Peace Building 2011: “Terror Around Us” di Kampus UI Depok, tepatnya di Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FISIP) UI.  Acara yang bertajuk Indahnya Kehidupan Tanpa Kekerasan ini berlangsung hingga Jumat (23/12) nanti.
Pada hari pertama, Selasa (20/12), pukul 10.00-12.00 WIB akan menghadirkan narasumber, yakni: Ma’mun Bc IP, SH, MH (ditjen PAS), Kombes Petrus Golose (BNPT), Agus Nahrowi (Search for Common Ground), Dr. Arthur Josias Simon (Kriminologi UI). Dalam diskusi  ini akan mengambil tema “Mencari Format Perlakuan Narapidana Terorisme”. Acara berlangsung di ruang Soelaiman Soemardi Multimedia Center, Gedung C Lantai 2 FISIP UI.
Hari kedua, Rabu (21/12), akan digelar dua sesi di ruang yang berbeda. Sesi pertama (14.00-17.00 WIB) akan digelar jumpa tokoh bersama Natsir Abbas dan Ustadz Abdurrahman Ayub (eks Jamaah Islamiah/JI). Bertempat di Ruang B 101 Fakultas MIPA. Sesi kedua (10.00-12.00 WIB)  bertempat di Auditorium Asuransi Bumi Putera (AJB) FISIP UI menghadirkan narasumber KH. Hasyim Muzadi (Mantan Ketua Umum PBNU).
Pada hari ketiga, Kamis (22/12), pukul 11.00-14.00  digelar Talkshow bersama Anis Baswedan, Ph.D (Rektor Universitas Paramadina), Dr. Donny G. Adian, M.Hum, dan Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si, bertempat di Ruang Auditorium AJB FISIP UI. Kamis (22/12) di Area parker Psikologi UI akan digelar pagelaran music.
Hari terakhir, Jumat (23/12) di Ruang Auditorium Gedung Komunikasi FISIP UI, akan didihadirkan pembicara Agus Surya Bakti (Kepala Deputi I Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT).
Sumber : 
Voa-Islam.com
Sabtu, 17 Desember 2011

Ulama NU: “Jihad hukumnya fardhu kifayah minimal setahun sekali..!”

Berikut saya nukilkan fatwa 2 orang ulama Madzhab Syafi’i tentang hukum jihad dan hukum penguasa yang menetapkan undang-undang selain syari’ah Allah. Jika kaum muslimin di Indonesia konsekwen dengan madzhab mereka, seharusnya mereka setiap tahun menyiapkan pasukan atau I’dad untuk melaksakana fardhu kifayah ini.
Namun kalau mereka membaca lebih teliti dan jujur dengan kitab yang mereka baca setiap hari ini, mereka seharusnya mengeluarkan fatwa bahwa JIHAD HARI INI HUKUMNYA FARDHU ‘AIN KARENA MUSUH SUDAH MASUK KE NEGERI-NEGERI KAUM MUSLIMIN BAHKAN MENJAJAH BAITUL MAQDIS ..!!
1.       TENTANG JIHAD
باب الجهاد فتح المعين – (ج 4 / ص 206)
باب الجهاد (هو فرض كفاية كل عام) ولو مرة إذا كان الكفار ببلادهم، ويتعين إذا دخلوا بلادنا كما يأتي: وحكم فرض الكفاية أنه إذا فعله من فيهم كفاية سقط الحرج عنه وعن الباقين. ويأثم كل من لا عذر له من المسلمين إن تركوه وإن جهلوا.
Kitab Fathul Mu’in Bab Jihad (juz 4 halaman 206)
BAB JIHAD :
Jihad hukumnya Fardhu Kifayah SETIAP TAHUN, walaupun hanya sekali (dalam setahun), jika orang-orang kafir berada di negeri mereka. Dan (hukumnya) berubah menjadi fardhu ‘Ain jika mereka (orang-orang kafir) memasuki (menyerang) Negara kita sebagaimana akan kami jelaskan lebih lanjut.
Sedangkan maksud hukum Fardhu Kifayah  adalah jika sebagian kaum muslimin telah melaksanakan kewajiban ini sebagai syarat kifayah (kecukupan minimal) maka kewajiban itu telah gugur darinya dan dari kaum muslimin lainnya. NAMUN BAGI ORANG YANG MEMILIKI KEMAMPUAN DAN TIDAK ADA UDZUR IA BERDOSA JIKA MENINGGALKAN KEWAJIBAN INI WALAUPUN MEREKA INI ORANG-ORANG YANG JAHIL (BODOH DAN TIDAK MENGETAHUI HUKUMNYA).
Matan (redaksi) dalam kitab Fathul Mu’in ini diterangkan lebih lanjut dalam Kitab I’anatut Thalibin yang merupakan Syarah (penjelasan) dari Kitab tersebut, sebagai berikut :
إعانة الطالبين – (ج 4 / ص 205)
باب الجهاد أي باب في بيان أحكام الجهاد : أي القتال في سبيل الله

(قوله: إذا كان الكفار ببلادهم) قيد لكونه فرض كفاية : أي أنه فرض كفاية في كل عام إذا كان الكفار حالين في بلادهم لم ينتقلوا عنها.
(قوله: ويتعين) أي الجهاد، أي يكون فرض عين، والملائم أن يقول وفرض عين الخ.
(وقوله: إذا دخلوا بلادنا) أي بلدة من بلاد المسلمين ومثل البلدة القرية وغيرها

Kitab I’anatut Thalibin juz 4 hal 205
Bab Jihad : Maksudnya adalah bab yang menjelaskan tentang hukum-hukum jihad (yang maksudnya) yaitu QITAL fi sabilillah (Perang di jalan Allah)
Penjelasan
  • “jika orang-orang kafir berada di negeri mereka” : Ini sebagai syarat atau ketentuan, karena hukumnya Fardhu kifayah. Maksudnya adalah bahwa hukum jihad itu fardhu kifayah dalam setiap tahun jika orang-orang kafir berada di negeri mereka dan tidak pindah dari sana.
     
  • “Dan (hukumnya) berubah menjadi Fardhu ‘Ain” : maksudnya adalah jihad, menjadi Fardhu Ain. Kalimat “wayata’ayyan” ini sama artinya dengan Fardhu Ain
     
  • “jika mereka (orang-orang kafir) memasuki (menyerang) Negara kita” : Maksudnya adalah salah satu negeri di antara negeri-negeri kaum muslimin. Dan sudah cukup disamakan dengan negeri (jika mereka masuk) sebuah desa atau semisalnya

 2.       TENTANG PENGUASA MURTAD
قال في تفسير قوله تعالى {وما أرسلنا من رسول إلاّ ليُطاع بإذن الله} [النساء: 64] : «وكأنّه احتجّ بذلك على أنّ الذي لم يرضَ بحكمه -وإن أظهر الإسلام- كان كافراً مستوجب القتل، وتقريره أنّ إرسال الرسول لمّا لم يكن إلاّ ليطاع، كان من لم يطعه ولم يرض بحكمه، لم يقبل رسالتَه، ومن كان كذلك كان كافراً مستوجب القتل» ( أنوار التنزيل وأسرار التأويل للإمام البيضاوي، 1/222)
Beliau menafsirkan ayat :
Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah”. (QS An Nisa’ 64)
“…Dengan ayat ini sepertinya Allah ingin menegaskan bahwasanya barangsiapa yang tidak ridho dengan hukum (keputusan) yang telah ditetapkan oleh Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam –walaupun ia menampakkan keislamannya- ORANG INI TELAH KAFIR DAN WAJIB DIBUNUH (DIPERANGI). Penegasan ini (dapat kita pahami dari ayat di atas) bahwasanya diutusnya seorang Rasul tidak ada tujuan lain kecuali agar ia dipatuhi dan diikuti. Oleh karena itu barangsiapa yang tidak mau patuh dan ridho dengan ketetapan dan hukum yang telah diputuskannya, tidak mau menerima risalahnya, orang seperti ini TELAH KAFIR DAN WAJIB DIBUNUH (DIPERANGI)”
(Anwarut Tanzil Wa Asrarut Ta’wil – Imam Baidhowy juz 1 hal 222)

CATATAN :
Kitab Fathul Mu’in, I’anatut Thalibin dan Tafsir baidhowy adalah rujukan utama kaum Nahdhiyyin dan menjadi salah satu Kitab yang wajib diajarkan di semua pesantren mereka.
 

Al Faqir Ilallah
 
Abu Izzuddin Al Hazimi
arrahmah.com

Sakit Jiwa Gaya Baru: Shalat Ghaib & Simpati Buta untuk Mayat Kafir Sondang Hutagalung

Kalau Sondang Hutagalung beragama Islam dan aktif di salah satu ormas atau lembaga Islam, boleh jadi aksi bakar diri yang dilakukannya tempo hari akan dinilai sebagai tindakan radikal bahkan bukan mustahil disebut bagian dari terorisme.
Sebagaimana diberitakan media massa, pada hari Rabu tanggal 07 Desember 2011, terjadi kasus bakar diri di depan Gerbang Barat Monas atau di seberang Istana Merdeka, jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, sekitar pukul 17:30 WIB. Pelaku yang semula sempat dikira perempuan, melakukan aksi bakar diri selama sekitar 3 menit.
Menurut saksi mata, saat api membakar tubuh, tidak ada suara teriakan dari pelaku sebagaimana layaknya kasus orang terbakar. Pelaku yang berkaos putih dan bercelana hitam, tidak tampak bagai orang stres. Diduga, ia melakukan aksi bakar diri memang sudah direncanakan. Memang niat bunuh diri.
Meski pelaku sempat ditolong aparat Polisi dan Satpol PP yang memang sedang berada di lokasi kejadian, namun luka bakar yang dideritanya mencapai 90 persen lebih. Tubuh penuh luka bakar serius itu kemudian dibawa ke rumah sakit, dan tiba di RSCM sekitar pukul 18:00 WIB.
Identitas pelaku aksi bakar diri baru terkuak pada hari Jum’at tanggal 09 Desember 2011, sekitar tengah hari, melalui informasi dari LSM SAHABAT MUNIR, sebuah organisasi yang peduli terhadap upaya pengungkapan kasus kematian Munir (tokoh Kontras), dan merupakan salah satu organisasi yang diikuti pelaku aksi bakar diri ini.
Dia adalah Sondang Hutagalung, pria beragama Kristen berusia 22 tahun, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno (UBK), yang merupakan putra dari pasangan Pirto Hutagalung dan Saurdame Sipahutar.

Dalam perspektif Islam, aksi bakar diri dalam rangka HAM atau dalam rangka apapun juga, sama sekali tidak dibenarkan, tergolong dosa besar. Namun kasus bakar diri ini pelakunya non Muslim dan tidak punya tujuan berbau Islam. Dalam hal main api, kasus ini sebagaimana kasus Bom Cirebon (15 April 2011) dan Bom Solo (25 September 2011).
Sedangkan dalam perspektif kedokteran jiwa, aksi bakar diri bukan merupakan cara yang pas untuk mengekspresikan diri atau menyatakan kekecewaan, karena masih banyak cara lain yang lebih bijaksana. Menurut dr. Andri, SpKJ (Psikiater, Dosen FK UKRIDA, Jakarta), biasanya aksi nekad seperti bakar diri ini dilakukan oleh mereka yang mengalami gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder). Ciri-cirinya, pelaku bersifat pasif agresif. Artinya, secara ekspresi emosional bersikap pasif, tetapi agresif secara perilaku. (http://nasional.kompas.com/read/2011/12/12/09270091/)
Terlepas dari apakah Sondang mengalami gangguan kepribadian –yang bisa berarti tidak sehat secara kejiwaan– yang pasti motif bakar diri yang dilakukannya tidak jelas. Meski tidak jelas, ternyata pendukungnya terkesan banyak, termasuk yang sekedar bersimpati. Bahkan Presiden SBY pun termasuk di antaranya.
Menurut Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono turut bersedih atas meninggalnya Sondang Hutagalung. Bahkan, Presiden telah mengutus Menteri Perhubungan EE Mangindaan untuk menyampaikan rasa simpati Presiden dan pemerintah kepada keluarga Sondang, untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi keluarga mendiang Sondang Hutagalung.
Sepertinya SBY ingin memberi kesan sebagai sosok yang bijaksana. Meski aksi bakar diri konon ditujukan kepada SBY, namun ia seolah-olah sedang menunjukkan sikap kenegarawanannya dengan mengumbar sikap simpati. Hal seperti itu tentu saja tidak pernah dilakukan SBY terhadap kasus yang dilakukan Muhammad Syarif (Bom Cirebon 15 April 2011) dan Ahmad Yosepha Hayat (Bom Solo 25 September 2011). Mungkin karena beda tema. Syarif dan Hayat bertema terorisme, sedangkan Sondang bertemakan hak asasi manusia.

Kegilaan Aktivis: Shalat Ghaib untuk Kafirin yang Mati Bunuh Diri

Sampai saat tulisan ini dibuat, motif yang melatari aksi bakar diri yang dilakukan Sondang masih tidak jelas.
Juga belum jelas, apakah hanya sekedar nekad tapi kebablasan, atau untuk mendapatkan perhatian, atau justru dijadikan semacam ‘pengantin’ oleh kalangan tertentu, dalam rangka memunculkan momentum politis yang menguntungkan kelompoknya.
Namun sekelompok orang telah menafsirkannya sebagai aksi heroisme membela hak asasi manusia, dengan harapan demi tercapainya perubahan di Indonesia. Aksi solidaritas untuk Sondang cukup marak. Tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di berbagai kota lain di luar Jakarta.
Di Karawang, Jawa Barat, Senin 12 Desember 2011, sejumlah mahasiswa yang tergabung ke dalam GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) melakukan aksi solidaritas untuk Sondang di depan kantor Bupati Karawang. Menurut Moris Moy Purba (Ketua GMNI Cabang Karawang), aksi bakar diri Sondang adalah bentuk protes anak negeri atas kegagalan pemerintah.
Di Medan, Senin 12 Desember 2011, aktivis GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia) menggelar aksi unjuk rasa sebagai bentuk keprihatinan terhadap Sondang. Menurut mereka, aksi bakar diri Sondang bukanlah tindakan bodoh tetapi bentuk baru melawan neo kapitalisme. Mereka selainmenuntut SBY-Boediono mundur dari jabatannya, juga menebar ancaman (kosong) akan melakukan aksi serupa Sondang bila DPRD setempat tidak meneruskan tuntutan mereka kepada SBY. “Kami akan kembali lagi dan membakar diri di sini kalau ini tidak disampaikan.”
Di Pekanbaru, Riau, aktivis GMNI di sana menggelar aksi belasungkawa dan penghormatan terhadap Sondang sejak Senin 12 Desember hingga Selasa 13 Desember 2011. Menurut Josh Dowel (Ketua GMNI Cabang Pekanbaru), aksi bakar diri yang dilakukan Sondang merupakan bentuk kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah. Sedangkan menurut Royan Suryasepta (Sekretaris GMNI Cabang Pekanbaru), aksi bakar diri Sondang adalahlambang kekesalan masyarakat terhadap pemerintah.
Di Malang, Jawa Timur, pada hari Senin tanggal 12 Desember 2011, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Peduli Keadilan menggelar aksi solidaritas untuk Sondang, di depan gedung Dewan setempat. Menurut Adi Nugroho (koordinator aksi), aksi bakar diri yang dilakukan Sondang merupakan pukulan bagi pemerintah. Menurut Adi pula, pemerintah telah mengabaikan hak-hak rakyat atas pendidikan dan kesehatan.
Di Kendari, Sulawesi Tenggara, sejumlah mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO di sana, menggelar aksi solidaritas untuk Sondang dengan berjalan kaki menyusuri Jalan Ahmad Yani sejauh 3 kilometer menuju kantor DPRD Sultra, sambil membawa spanduk, bendera, dan poster berisikan tuntutan. Aksi yang berlangsung Selasa 13 Desember 2011 tersebut, mengusung desakan agar Presiden SBY turun dari jabatannya. Mereka juga menilai pemerintahan SBY-Boediono sebagai arogan.
Di Bali, sejumlah mahasiswa dan LSM di sana menggelar aksi keprihatinan dengan membagikan bunga mawar dan pita hitam sebagai tanda berkabung di depan kampus Universitas Udayana, Jalan Sudirman, Denpasar (Selasa, 13 Desember 2011). Menurut Widiantara (koordinator aksi), aksi bakar diri dipilih sebagai bentuk protes terhadap penguasa yang dianggap bebal tidak mau mendengarkan penderitaan rakyat.
Di Jakarta, pada Selasa 13 Desember 2011, puluhan mahasiswa dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi mengadakan aksi solidaritas terhadap Sondang, yang berlangsung sekitar pukul 15:30 wib di depan Istana Negara dengan menaburkan bunga di lokasi Sondang membakar dirinya.
Di Cianjur, Jawa Barat, Selasa 13 Desember 2011, sejumlah puluhan mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Suryakancana Cianjur, menggelar aksi solidaritas di Bundaran HI (Harimart Indah). Saat orasi, koordinator aksi bernama Agung mengatakan, “Aksi bakar diri Sondang merupakan bentuk keprihatinan atas bobroknya pemerintahan SBY.”
Tidak hanya mahasiswa yang menggelar aksi solidaritas Sondang, tetapi juga perkumpulan Marga Hutagalung di Medan menggelar aksi serupa di depan kantor DPD Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDI-P) Sumut, Jalan Hayam Wuruk Medan. Aksi yang berlangsung Selasa 13 Desember 2011, diisi dengan pembacaan puisi dan nyanyian untuk Sondang. Salah satu peserta aksi, Bukti Hutagalung mengatakan, aksi bakar diri yang dilakukan Sondang merupakan buntut kekecawannya terhadap pemerintah yang tidak pernah berpihak pada rakyat kecil.
Yang paling tragis, di Makassar aksi solidaritas untuk Sondang tidak sekedar orasi tetapi juga diisi dengan shalat ghaib di tengah Jalan AP Pettarani, dilanjutkan dengan membakar ban dan membawa replika manusia yang dimaksudkan sebagai sosok Sondang.
Aksi solidaritas yang berlangsung 14 Des 2011 ini diikuti puluhan mahasiswa. Mereka mengeluarkan pernyataan yangmendesak agar SBY-Boediono mundur dari jabatannya. Shalat ghaib untuk Sondang yang non Muslim jelas ngawur. Apalagi aksi bakar diri yang dilakukan Sondang bertentangan dengan ajaran Islam. Mahasiswa-mahasiswa itu jelas dua kali ngawur.

Kegilaan Politikus: Mempahlawankan Kafirin yang Mati Bunuh Diri

Bagaimana pendapat para tokoh? Bila terhadap kasus Bom Cirebon dan Solo pelakunya langsung diposisikan sebagai teroris, meski kasusnya belum jelas. Tapi hal yang berbeda ternyata sudah dilekatkan pada diri pelaku aksi bakar diri yang sampai saat tulisan ini disusun, padahal motifnya masih tidak jelas.
Meski tidak jelas, namun sejumlah tokoh –atau mereka yang ingin disebut tokoh dengan mendompleng aksi bakar diri Sondang ini, sudah begitu mengarah. Misalnya, sebagaimana diutarakan oleh Syarif Abdullah Alkadrie (Ketua PW Nas-Dem Kalbar). Ia mengatakan, aksi bakar diri Sondang bukan persoalan sepele, karena merupakan bentuk kekesalan terhadap rezim pemerintahan saat ini (Pontianak, 13 Desember 2011).
Sedangkan menurut Jeffrie Geovanie (Anggota Komisi I DPR RI), Sondang adalah pejuang. Aksi bakar dirinya merupakansimbol perjuangan bagi siapapun yang menginginkan perubahan. Meski tidak bermaksud menganjurkan, Jeffrie mengatakan, “… Ada atau tidak ada revolusi setelah kepergiannya, yang pasti Sondang telah memberi inspirasi bagi siapa pun, bahwa pada saat suara-suara kebenaran, kritik, protes, atau bahkan kecaman tidak didengarkan, maka hara-kiri bisa menjadi pilihan…” (Padang Ekspres, Selasa, 13 Desember 2011).
Politisi Partai Golkar Bambang Soesatyo mengatakan, aksi bakar diri Sondang merupakan bukti kegagalan pemerintah dalam memberikan kesejahteraan, sehingga menghasilkan kekecewaan (frustasi) dan melahirkan aksi nekat. Bambang juga berharap pemerintah segera melakukan respon dan memberikan perbaikan-perbaikan, khususnya dalam bidang ekonomi dan hukum. (Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa 13 Desember 2011).
Pakar Komunikasi Politik dari Universitas Indonesia, Effendi Gazali mengatakan, aksi bakar diri Sondang telah menjadi tamparan keras bagi pribadi Presiden Susio Bambang Yudhoyono (SBY) maupun pemerintahannya serta penyelenggara negara. Sebab, aksi itu akan menjadi sejarah kelam yang tak bisa dilupakan rakyat. (Jakarta, 12 Desember 2011).
Sedangkan menurut Budiman Sujatmiko (anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan), pemerintah harus bisa menangkap pesan yang disampaikan Sondang melalui aksi bakar dirinya, dan Sondang harus jadi yang pertama dan terakhir. “…Jangan ada lagi ‘Sondang-Sondang’ yang berikutnya…” (Jakarta, 12 Desember 2011).
Sementara itu menurut Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDIP), kematian Sondang Hutagalung merupakantragedi yang harus diperingati sebagai tamparan keras atas kesalahan pengelolaan bangsa. Mega juga mengatakan, pesan Sondang melalui aksi bakar diri itu jelas merupakan kekecewaan terhadap perilaku elite pemerintah. (Bandung, 12 Desember 2011).
Muhammad Rodli Kaelani (Ketua Umum PANDU Indonesia) mengatakan, aksi bakar diri yang dilakukan Sondang merupakan bentuk ekspresi keprihatinan sosial atas kondisi kemiskinan dan ketidakadilan yang saat ini terjadi. Oleh karena itu, menurut Rodli, SBY harus melakukan tindakan yang lebih konkret dan efektif dalam melahirkan kebijakan dan menangani isu-isu kesejahteraan, ekonomi, korupsi, dan lain-lain. PANDU Indonesia yang merupakan sayap Partai Amanat Nasional (PAN) ini, turut prihatin dan berbela sungkawa atas meninggalnya Sondang melalui aksi bakar diri yang berlangsung pekan lalu. (Jakarta, 12 Desember 2011).
Dari sekian banyak komentar “sakit” yang “menilai positif” aksi bakar diri Sondang, alhamdulillah masih ada sedikit suara yang terdengar waras, sebagaimana diutarakan oleh Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin. Menurut politisi PPP ini, aksi bakar diri sebagaimana dilakukan Sondang, tidak pantas dilakukan. Apa pun motifnya, perbuatan itu justru merendahkan harkat dan martabat manusia. LHS juga berharap, agar motif aksi bakar diri yang dilakukan Sondang segera terungkap, dan kejadian yang sama tak terulang lagi di kemudian hari.
Dari kasus bakar diri yang dilakukan Sondang, kemudian menghasilkan sejumlah keberpihakan dari sejumlah kalangan, kita sebagai orang waras dapat menemukan fakta tentang betapa banyaknya pendukung Sondang, sesosok anak muda yang berpotensi dikategorikan sebagai pengidap gangguan kepribadian ambang (borderline personality disorder) ini. Boleh jadi ini merupakan sebuah gejala dari keadaan sakit (jiwa) yang diidap sebagian elite kita. Wallahu a’lam. [haji, tede/nahimunkar]. Voa-islam.com
Jumat, 16 Desember 2011

Melongok Bitung, Kota 1001 Gereja dan Pusat Kristenisasi se-Asia Tenggara

BITUNG (SoB News) – Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki gunung Duasudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh. Banyak penduduk Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang ada di Bitung tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa Utara tersebut. Kota Bitung merupakan kota industri, khususnya industri perikanan. Itulah sebabnya kota ini disebut dengan Kota Cakalang.
Dalam catatan sejarah, disebutkan pada tahun 1940-an para pengusaha perikanan di laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan pelabuhan Kema yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa. Padahal, Pelabuhan Kema dulunya merupakan pelabuhan perdagangan. Menurut pandangan mereka, Bitunglah yang lebih strategis.
Di samping itu, kota ini juga memiliki Pulau Lembeh, salah satu pulau terbesar di Sulawesi Utara. Pulau ini berfungsi sebagai penahan ombak alamiah yang dapat melindungi pelabuhan Bitung sepanjang tahun dari terpaan angin dan gelombang besar.
Konon, Amerika tertarik menjadikan pulau yang terletak 1 mil dari pelabuhan Bitung ini sebagai pelabuhan kapal perangnya. Amerika mengutus Vincent A Lacelly, seorang konsultan di bidang kelautan, membuat kesepakatan dengan mantan Walikota Bitung, Milton Kansil untuk membangun pelabuhan bagi kapal-kapal perang Amerika.
...Hampir semua sektor Bitung dikuasai umat Kristen, sehingga perkembangan Islam sangat menyedihkan...
Secara geografis, wilayah ini sangat cocok untuk berlabuh kapal-kapal perang Amerika yang mondar-mandir dari Lautan Pasifik menuju Kawasan Teluk. Tetapi permintaan Amerika itu ditolak.
Saat memasuki Bitung, kita akan disambut oleh Gunung Dua Saudara yang terletak di pinggiran dalam Kota Bitung. Gunung dengan ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut yang berdempetan itu bagai kaki-kaki kokoh yang siap “melindungi” kota.
Pusat Prostitusi di Sulawesi Utara
Bitung merupakan salah satu dari sedikit kota di Indonesia yang memiliki potensi eco-tourism yang khas, dan sangat potensial bagi pengembangan sektor pariwisata seperti cagar alam dan wisata pantai. Oleh karena itu jangan heran jika jumlah PSK (Pekerja Seks Komersial) di kota ini setiap tahun meningkat
Yayasan Harapan Sentosa Bitung (YHS) membeberkan bahwa Khusus kota Bitung terdapat  tiga lokasi bursa Seks terbuka dengan jumlah PSK (Pekerja Seks Komersial.) sebanyak 1200 PSK (Harian Komentar 28 Februari 2004).
...Pembangunan masjid selalu mendapatkan tantangan dari pihak Kristen. Selalu dipersulit, bahkan berupaya untuk dibongkar...
Dinas Sosial kota Bitung melaporkan bahwa terdapat kurang lebih 1500 orang pelacur pada tahun 2010 dan 70 % di antaranya adalah berumur 16 -23 tahun dan dari 70 % itu 45 % di antaranya adalah berlokasi di kecamatan Bitung timur. Ini adalah jumlah PSK yang terdata, sementara yang belum terdata masih sangat banyak dan selalu bertambah. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah dengan semakin banyaknya jumlah PSK di kota Bitung, maka penyebaran HIV pun semakin pesat.
Himpunan Masyarakat Peduli AIDS (HUMPAD) yang bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), membeberkan jumlah penderita ODHA tahun 2010 di Kota Bitung tercatat 165 orang, "Sementara bulan November 2011 bertambah menjadi 218," kata Ketua HUMPAD, Jody Mamangkey, Jumat 18 November 2011 baru-baru ini.
Pusat Kristenisasi se-Asia Tenggara
Penduduk Bitung terdiri dari hampir semua suku besar di Indonesia. Demikian pula lima agama resmi negeri ini eksis dan berkembang di kota ini. Oleh karena itu bisa disebut Bitung adalah Nusantara kecil
Namun, karena kota ini hampir semua sektor dikuasai oleh Umat Kristen, sehingga perkembangan Islam ditempat ini sangat menyedihkan. Padahal komposisi pemeluk agama Islam dan penganut agama lainnya di wilayah ini sekitar 40% berbanding 60%. Komposisi semacam ini sempat menimbulkan kecemasan di kalangan kaum Kristen. Maklum, selama ini mereka sudah mengklaim kota Bitung sebagai salah satu kota Kristen. Karena klaim itulah kemudian mereka berusaha mempertahankan kota ini agar tidak berubah. Oleh karena itu pembangunan sasjid di kota ini selalu mendapatkan tantangan yang luar biasa dari pihak Kristen. Mulai dari pembangunan Masjid Ribathul Qulub, Kompleks Pelabuhan Bitung, sampai Masjid Babul Jannah di kelurahan Sagerat selalu dipersulit, bahkan berupaya untuk dibongkar.
Untung saja di kota ini, masyarakat muslim masih memiliki seorang tokoh yang cukup disegani oleh mereka, yakni H. Sjamsudin Sururama, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Bitung yang selalu terdepan untuk mempertahankan pembangunan masjid di kota Bitung. Sekalipun di usianya yang sudah cukup renta, pak Haji panggilan akrabnya, tidak pernah gentar dengan segala ancaman yang dikeluarkan oleh pihak Kristen, melalui laskar-laskar mereka, seperti Brigade Manguni dll. Itulah sebabnya sebagian besar orang menyebut kota ini sebagai Kota 1001 Gereja dan Pusat kristenisasi se-Asia Tenggara.
...Sebagian besar orang menyebut Bitung sebagai Kota 1001 Gereja dan Pusat kristenisasi se-Asia Tenggara...
Julukan itu sebenarnya tidak berlebihan, karena kenyataannya simbol-simbol Kristen di kota ini begitu mencolok. Gereja berdiri di mana-mana. Hampir setiap seratus meter berdiri gereja. Yang paling mencolok ketika Dzulfikar Ahmad Tawala, (Sekjen PP. IPM), mengadakan konsolidasi pada bulan Ramadhan beberapa tahun yang lalu ke Manado yang kemudian melanjutkan perjalanannya ke Kota Bitung, Bang Fikar (panggilan akrabnya), sempat merasa kebingungan untuk mencari masjid hendak melaksanakan shalat Magrib dan berbuka Puasa. Karena selain jarang menemukan Masjid, kebetulan pada waktu itu juga bertepatan dengan perayaan Paskah, sehingga sepanjang jalan dipenuhi dengan lampion Salib.
Selain itu, kehidupan masyarakat Bitung pun menunjukkan pola hidup yang mirip dengan masyarakat Kristen di Barat. Dari cara berpakaian sampai pola pergaulan. ”Pakaian yang laris di sini modenya tergantung di negara Barat,” kata Mardianto, mantan kepala bagian salah satu perusahaan konveksi di Manado. Ia mencontohkan mode yang saat ini sedang digandrungi masyarakat Bitung, terutama kaum muda adalah celana model sapi, yaitu celana yang ketat dan pendek.
Selain Westernisasi budaya, tantangan terberat yang dihadapi kaum muslim di kota ini, adalah Kristenisasi. Kasus-kasus Kristenisasi yang paling gencar di sana menurut Ustadz Rio Efendi Turipno, Da’i Majelis Tabligh PP. Muhammadiyah adalah dengan modus Pacaran (hamilisasi) dan bantuan sosial, hal ini dikarenakan masyarakat muslim di kota tersebut yang berjumlah 47.871 jiwa, hampir 80% tergolong pra sejahtera. Sehingga sangat memudahkan bagi para missionaris melancarkan misinya yang berkedok bantuan.
...Selain Westernisasi budaya, tantangan terberat kaum muslim Bitung adalah Kristenisasi modus pacaran (hamilisasi) dan bantuan sosial...
Sebagai contoh ada beberapa keluarga yang pernah menjadi korban Kristenisasi yang pernah tangani oleh Ustadz Rio, rata-rata mengaku bahwa awal para missionaris ini masuk ke keluarga tersebut dengan pendekatan bantuan sosial, yang kemudian lambat laun menarik keluarga tersebut untuk masuk ke dalam agama mereka dengan iming-iming agar bisa hidup lebih baik dari sebelumnya. Begitu juga dengan remaja banyak yang menjadi korban akhirnya murtad, setelah melalui proses pacaran dan dihamili oleh pemuda-pemuda Kristen. 
Dengan kondisi seperti ini, dibutuhkan para dai ataupun pihak-pihak yang bersedia berjuang dengan harta dan jiwanya dalam membangun masyarakat Islam di Kota 1001 Gereja ini, di mana sebagian besar belum mendapat perhatian secara khusus dari ormas-ormas Islam  maupun pemerintah setempat. [taz/ab. voa-islam.com

About Me

New in Spirit Of Beyond

New in Spirit Of Beyond
PAHAM LIBERAL, “PENYERU RAHMAT ADALAH KEPARAT “

Sains and Tech

Sains and Tech
"Smartphone Nokia Terlalu Mahal"

DONASI UNTUK SPIRIT OF BEYOND

DONASI UNTUK SPIRIT OF BEYOND
Cukup klik gambar di atas, anda akan masuk ke situs adf.ly, tunggu 5 detik lalu klik tulisan Skip AD di kanan atas, Tak perlu transfer uang, Gratis

Fans Facebook