Berita Terdahulu
-
▼
2011
(374)
-
▼
September
(22)
- GRUP FACEBOOK ANTI SYARIAT ISLAM, BUBARKAH HIZBUT ...
- Tak niat berdamai, Israel umumkan rencana bangun (...
- Dalam dua hari, TvOne melakukan dua ketidakadilan ...
- Wajar jika rakyat anti demokrasi dan inginkan perg...
- Sebelumnya, bom juga meledak di Ambon, Muslim Ambo...
- Pesan kaum Muslimin Ambon atas ledakan di Solo
- Ambon kembali memanas, komnas HAM subyektif ?
- Terus merugi, AS ciptakan mobil perang tuk hadapi ...
- Dibalik perobohan patung-patung di Purwakarta
- Trauma, Pengungsi Muslim Ambon Tak Berani Pulang T...
- Wakil Ketua NU Cabang Kabupaten Banjar, ajak kader...
- AS mata-matai Asia dari pangkalan rahasia di Austr...
- Ambon Belum Kondusif sampai hari ini
- Menengok Ambon Berdarah 1999: Umat Islam Dibantai ...
- FPI Bekasi Akan Berjihad bila Kasus Ambon Tak Sele...
- FUI Minta Pihak Kristen Serahkan Provokator Pembun...
- Warga Nahdiyin Demak Merindukan Tegaknya Syariat I...
- ANEH.peringati serangan 9/11 dengan bentangkan ben...
- Ambon ricuh, Ambon Berdarah Jilid II?
- Hadapi Teror Kelompok 'Pro Israel', FPI Bekasi Sia...
- Yenny Wahid (Wahid Institute) Antek Zionis & Amerika?
- Fakta-fakta Wikileaks: Kacaukan Negara Anti Amerik...
-
▼
September
(22)
Selasa, 20 September 2011
Trauma, Pengungsi Muslim Ambon Tak Berani Pulang Takut Diserang Salibis
AMBON (Sob News) – Meski berulangkali aparat dan media mengklaim situasi Ambon pasca bentrok 9/11 sudah kondusif, namun sebagian besar pengungsi memilih bertahan di pengungsian. Mereka trauma, takut diserang kelompok Kristen karena rumah mereka berdekatan dengan kampung Kristen.
Wada Isa, salah seorang pengungsi memilih terlunta-lunta makan nasi dan mie instan tiap hari daripada harus pulang ke kampung halaman. Menurut nenek sepuh berusia 63 th ini, situasi kampungnya, Amaci (Air Mata Cina) yang tak jauh dari kampung Kristen sangat mencekam.
“Saya mengungsi karena masih takut, sebab desa saya berbatasan dengan desa Pohon Pule (kampung Kristen, red.) yang hanya dipisahkan sebuah sungai,” ujarnya kepada voa-islam.com Senin (19/9/2011), sambil mengasuh Anandasari, cucunya yang berusia satu tahun.
Di pengungsian, jelasnya, ia hanya menerima bantuan beras dan mie instan saja. Sementara bantuan untuk balita seperti cucunya belum pernah didapatkan.
Ketakutan serupa juga menjadi alasan bagi Alwi, pengungsi di masjid Jami’ yang berasal dari desa Ponegoro Atas. Ia lebih memilih hidup di pengungsian untuk mengasuh balita berumur 1 tahun 7 bulan. “Saya mengungsi karena takut, sebab rumah saya berdekatan dengan gereja,” paparnya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di pengungsian, Alwi hanya mengonsumsi bantuan beras dan mie instan saja sementara bantuan untuk balita seperti susu belum pernah didapatkan.
Ayah yang berprofesi sebagai tukang becak juga belum bisa beraktivitas banyak untuk mencari nafkah, karena masih merasa was-was terhadap serangan pihak Salibis. Praktis, ia hanya mengandalkan bantuan dan sumbangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kondisi para pengungsi di masjid Al-Fatah pun tak beda dengan pengungsi di tempat lainnya. Kehidupan sehari-hari para pengungsi Muslim korban konflik 9/11 itu sangat memprihatinkan karena minim bantuan.
Aziz, Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ambon yang sangat aktif mendampingi para pengungsi, mendesak pemerintah pusat untuk memperhatikan nasib para pengungsi. “Kita berharap pemerintah pusat bisa memperhatikan kesejahteraan pengungsi,” harapnya. [taz/ahmed widad]
sumber voa-islam.com
Label:
DALAM NEGERI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar